Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Konferensi Laut Dunia, Indonesia Janji Lindungi Terumbu Karang dari Krisis Iklim

Kompas.com - 19/06/2025, 08:03 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Indonesia menegaskan komitmennya untuk melindungi lebih dari 51.000 km² ekosistem terumbu karang dalam Konferensi Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-3 (UNOC3), yang berlangsung 9–13 Juni 2025 di Nice, Prancis.

Langkah itu dilakukan seiring meningkatnya tekanan perubahan iklim terhadap kawasan pesisir dan laut.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, mengatakan bahwa Indonesia juga memiliki 14 dari 50 bioclimate units (zona iklim biologis) dunia, yang harus turut menjadi fokus perlindungan.

“Melindungi terumbu karang bukan hanya soal perlindungan laut dan adaptasi iklim, tetapi juga menjaga ekosistem yang menopang perikanan, pariwisata, dan wilayah pesisir,” kata Sakti dalam pernyataan tertulis, Kamis (19/6/2025).

Menurut Sakti, nilai ekonomi layanan ekosistem terumbu karang diperkirakan mencapai 3,3 miliar dolar AS per tahun, meliputi sektor perikanan skala besar dan kecil serta pariwisata berbasis laut.

Pada saat yang sama, ia juga mengatakan bahwa terumbu karang adalah salah satu ekosistem paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti peningkatan suhu laut, pengasaman, dan polusi.

Baca juga: Menteri KP Pastikan RI Berkomitmen Kelola Laut Berkelanjutan

Model ilmiah global memproyeksikan bahwa lebih dari 90 persen terumbu karang dunia akan mengalami degradasi pada 2050 jika tidak ada upaya konservasi yang mendesak dan efektif.

Direktur Program Kelautan dan Perikanan WWF Indonesia, Imam Musthofa Zainudin, menekankan pentingnya ekosistem ini dalam menopang kehidupan masyarakat pesisir.

“Keberlangsungan ekosistem ini berkaitan erat dengan ketersediaan ikan yang berperan penting dalam ketahanan pangan dan keanekaragaman hayati laut,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Imam menyampaikan bahwa WWF Indonesia mendukung langkah pemerintah melalui pendekatan konservasi yang adaptif, inklusif, dan berbasis sains, serta melibatkan masyarakat lokal dan mitra lainnya.

Adapun, keikutsertaan Indonesia dalam komitmen tingkat tinggi yang berfokus untuk melindungi ekosistem terumbu karang ini adalah langkah nyata untuk mewujudkan komitmen perlindungan tersebut, sekaligus memperkuat arah kebijakan nasional yang menempatkan konservasi laut sebagai pilar penting dalam pembangunan berkelanjutan dan ketahanan pangan.

Sementara itu, Coral Reef Rescue Initiative (CRRI) Lead Rachel Sapery James, mengatakan bahwa komitmen global ini menyatukan negara-negara dan organisasi yang bekerja untuk melindungi wilayah refugia — area yang punya peluang lebih tinggi bertahan dari dampak iklim.

“Melalui kerja sama ini, kami menargetkan perlindungan kawasan kunci yang mencerminkan keanekaragaman hayati penting dan memberikan manfaat lokal,” ujar Rachel.

Dalam forum UNOC3 yang bertajuk “, Indonesia menandatangani komitmen perlindungan ini bersama sejumlah negara untuk memperkuat perlindungan kawasan refugia terumbu karang yang tahan terhadap perubahan iklim.

Beberapa negara lain yang turut serta dalam komitmen ini antara lain Republik Madagaskar, Republik Palau, Republik Panama, Kepulauan Solomon, Republik Persatuan Tanzania, Republik Vanuatu, Negara Independen Papua Nugini, Persemakmuran Bahama, Belize, dan Republik Perancis.

Baca juga: Di UNOC 2025, Indonesia Ungkap Ambisi Lindungi 30 Persen Laut pada 2045

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dukung Pelestarian Penyu, BCA Resmikan Fasilitas Konservasi Bantul DIY
Dukung Pelestarian Penyu, BCA Resmikan Fasilitas Konservasi Bantul DIY
Swasta
Laporan PBB Sebut Asia dan Pasifik Perlu Pendanaan Mendesak untuk Capai SDG
Laporan PBB Sebut Asia dan Pasifik Perlu Pendanaan Mendesak untuk Capai SDG
Pemerintah
Mengapa Kita Perlu Serius Memikirkan Audit AI
Mengapa Kita Perlu Serius Memikirkan Audit AI
LSM/Figur
BKSDA Ungkap Ada 42 Harimau Sumatera di Bengkulu, Bukti Seblat Masih Habitat Penting
BKSDA Ungkap Ada 42 Harimau Sumatera di Bengkulu, Bukti Seblat Masih Habitat Penting
Pemerintah
80 Hektare Lahan di Sumsel Rusak, Diduga karena Praktik Pembakaran
80 Hektare Lahan di Sumsel Rusak, Diduga karena Praktik Pembakaran
Pemerintah
Dari Konsumtif ke Produktif, Cara Membangun Budaya Keberlanjutan Sejak Dini
Dari Konsumtif ke Produktif, Cara Membangun Budaya Keberlanjutan Sejak Dini
Swasta
Astra Otopart Raih ESG Award dari Yayasan KEHATI
Astra Otopart Raih ESG Award dari Yayasan KEHATI
Swasta
Kabul, Afghanistan: Kota Pertama di Dunia yang Mungkin Bakal Kehabisan Air
Kabul, Afghanistan: Kota Pertama di Dunia yang Mungkin Bakal Kehabisan Air
Swasta
Menteri LH: Teknologi Kunci Atasi Karhutla, Deteksi Dini hingga Modifikasi Cuaca
Menteri LH: Teknologi Kunci Atasi Karhutla, Deteksi Dini hingga Modifikasi Cuaca
Pemerintah
Tinggal 3 Tahun, Kita Kehabisan Waktu Atasi Krisis Iklim jika Tak Gerak Cepat
Tinggal 3 Tahun, Kita Kehabisan Waktu Atasi Krisis Iklim jika Tak Gerak Cepat
LSM/Figur
Dukung Komitmen Iklim Nasional, TSE Group Resmikan Pembangkit Biogas Kurangi Emisi dan Konsumsi Solar
Dukung Komitmen Iklim Nasional, TSE Group Resmikan Pembangkit Biogas Kurangi Emisi dan Konsumsi Solar
Swasta
eMaggot, Platform Jual Beli Online Maggot untuk Pengolahan Sampah
eMaggot, Platform Jual Beli Online Maggot untuk Pengolahan Sampah
Pemerintah
4.700 Hektare Bekas Lahan Sawit di Tesso Nilo Kembali Ditanami
4.700 Hektare Bekas Lahan Sawit di Tesso Nilo Kembali Ditanami
Pemerintah
Perkuat Sabuk Hijau Hadapi Krisis Iklim, Pemprov DKI Jakarta Tanam 10.000 Mangrove di 4 Pesisir
Perkuat Sabuk Hijau Hadapi Krisis Iklim, Pemprov DKI Jakarta Tanam 10.000 Mangrove di 4 Pesisir
Pemerintah
Dalam 3 Bulan, 4700 Hektare Sawit di Tesso Nilo Telah Dimusnahkan
Dalam 3 Bulan, 4700 Hektare Sawit di Tesso Nilo Telah Dimusnahkan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau