Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Konservasi Penyu Pulau Sangalaki di Timur Kalimantan

Kompas.com - 25/06/2025, 22:07 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

BERAU, KOMPAS.com - Pulau Sangalaki, Berau, Kalimantan Timur menjadi rumah bagi penyu hijau dan penyu sisik. Perjalanan menuju pulau ini tak singkat, perlu waktu sekitar dua jam 30 menit dengan menumpangi speed boat dari Pelabuhan Berau.

Ombak yang cukup tinggi sempat membuat saya terombang di lautan bersama rombongan acara Media Gathering Pama Group 2025. Namun, hal ini terbayarkan ketika kumpulan anak penyu yang dikenal dengan sebutan tukik berenang di tepi pantai maupun kolam buatan khusus.

Telur-telur penyu yang dievakuasi dari tepi pantai disimpan di lokasi penangkaran atau hatcheri terlihat menetas satu per satu. Petugas lantas memindahkan tukik ke wadah yang telah disiapkan untuk dibersihkan lalu dilepaskan dua hari setelahnya.

CSR Departement Head PAMA, Maidi Irvan, mengatakan bahwa konservasi penyu dilakukan dengan menggandeng Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur melalui perjanjian kerja sama hingga 2027.

Baca juga: Miris! Tubuh Penyu Mengandung Plastik Setara 10 Bola Pingpong

Tujuannya, melindungi populasi penyu yang menurun akibat predator alami maupun perdagangan ilegal oleh masyarakat sekitar.

"Maka dari itu kami berupaya konservasi di pulau Sangalaki itu bersama BKSDA. BKSDA secara rutin menjaga pulau tersebut supaya bisa menyelamatkan telur yang ada di sepanjang pantai," ujar Maidi dalam acara yang digelar di Pulau Maratua, Rabu (25/6/2025).

Menurut Maidi, jumlah telur penyu yang menetas di Sangalaki makin meningkat pada 2024. Karena itu, pihaknya turut mendukung konservasi satwa langka dan dilindungi tersebut.

"Tujuan program kami adalah meningkatkan upaya konservasi satwa endemik yang terancam punah. Kemudian kami jaga kesimbangannya, dan prinsip-prinsip ini memang tertuang dalam prinsip ESG yang kami jalankan di dalam program CSR," ucap dia.

Baca juga: Kabar Baik, Populasi Penyu di Seluruh Dunia Mulai Pulih

Di Pulau Sangalaki, tersedia pula papan informasi terkait perlindungan penyu, sekaligus menjadi edukasi bagi wisatawan. Selain itu, penangkaran memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

"Kami melakukan monitoring pengelolaan bersama BKSDA dan kemitraan berkelanjutan. Jadi kerja sama kami dengan BKSDA ini enggak cuma sekali ini tetapi kami buat MoU berkelanjutan supaya Pulau Sangalaki menjadi pusatnya konservasi penyu," tutur Maidi.

Anak penyu di penangkaran Pulau Sangalaki, Kalimantan Timur, Rabu (25/6/2025). KOMPAS.com/ZINTAN PRIHATINI Anak penyu di penangkaran Pulau Sangalaki, Kalimantan Timur, Rabu (25/6/2025).

Di sisi lain, Maidi mengakui bahwa akses dan infrastruktur di pulau tersebut masih terbatas. Perubahan iklim, kurangnya sumber daya manusia yang terlatih, kebijakan maupun penegakan hukum, serta kurangnya partisipasi masyarakat masih menjadi tantangan konservasi penyu.

Sementara itu, Direktur PT Pamapersada Nusantara, Abdul Nasir Maksum, menyebutkan selain penyu, pihaknya juga melakukan konservasi rusa di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca juga: Di UNOC 2025, Indonesia Ungkap Ambisi Lindungi 30 Persen Laut pada 2045

"Ya, karena rusa juga hewan yang didendungi. Kami bersama dengan pemerintah membuat wilayah atau konservasi untuk menangkar rusa di sana. Kemudian di beberapa tempat juga kami juga melakukan pemeliharaan hutan untuk menjaga kelestarian lingkungan," sebut Nasir.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau