Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miris! Tubuh Penyu Mengandung Plastik Setara 10 Bola Pingpong

Kompas.com - 25/06/2025, 17:28 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ribuan hingga jutaan ton plastik masuk ke lautan setiap tahun, namun ke mana perginya sampah-sampah tersebut masih belum banyak diketahui.

Para ilmuwan sudah lama sekali berusaha memahami masalah tersebut.

Pasalnya, plastik yang mencemari lingkungan tidak hanya berakhir di dasar laut atau mengambang di permukaan, tetapi juga dapat masuk dan tersimpan di dalam tubuh berbagai jenis hewan laut.

Dan sayangnya, dampaknya terhadap hewan laut itu sendiri juga sering kali kurang mendapat perhatian atau terlupakan dalam penelitian-penelitian.

Untuk memahami seberapa banyak polusi plastik laut yang tersimpan dalam kehidupan laut, peneliti kemudian memilih penyu sebagai studi kasus untuk mengukur dan memahami sejauh mana polusi plastik laut tersimpan di dalam tubuh makhluk hidup di lautan.

Mengutip Down to Earth, Rabu (25/6/2025), menurut peneliti, penyu menelan puing-puing plastik dengan berbagai bentuk dan ukuran yang bisa meliputi pelet pra-produksi, busa, kantong plastik, lembaran, alat tangkap ikan, dan pembungkus makanan.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Baca juga: Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan

Ketika penyu menelan plastik, ada banyak konsekuensi buruk yang bisa terjadi pada mereka. Misalnya saja bisa menyebabkan termasuk kelaparan, kekurusan, dan kerusakan pada lapisan usus.

Selain menelan, penyu juga bisa mengalami masalah lain akibat plastik, yaitu terjerat. Mereka sering kali terperangkap dalam jaring plastik atau tali yang hanyut di laut yang menyebabkan sulit bergerak, mencari makan, atau bahkan tidak bisa naik ke permukaan untuk bernapas, yang berujung pada kematian.

"Kami berfokus pada penyu laut karena kami tahu mereka terdampak oleh plastik dan rentan terhadap perubahan laut. Enam dari tujuh spesies penyu laut dikategorikan sebagai rentan, terancam punah, atau sangat terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature," ungkap Xia Zhu, peneliti dari University of Toronto Scarborough, Toronto.

Untuk memperkirakan berapa banyak plastik yang ada di dalam tubuh penyu, peneliti tidak hanya melihat data langsung melainkan juga mengembangkan sebuah model yang memperhitungkan seberapa banyak plastik yang dimakan oleh penyu.

Faktor-faktor yang mereka pertimbangkan dalam model antara lain faktor geografis, faktor sosial-ekonomi, dan faktor ekologis.

Selanjutnya, peneliti fokus menghitung jumlah total plastik yang ada di dalam tubuh penyu hijau betina secara global. Mereka memilih kelompok ini sebagai fokus utama penelitian mereka karena mereka memiliki akses ke data yang paling lengkap dan ekstensif untuk kelompok penyu tersebut dibandingkan dengan spesies penyu lain atau penyu jantan.

"Kami memperkirakan bahwa sekitar 60 ton puing plastik berada di dalam penyu hijau betina pada waktu tertentu. Ini kira-kira setara dengan muatan satu truk sampah berisi polusi plastik," papar Zhu.

"Berdasarkan temuan, kami juga memprediksi bahwa seekor penyu hijau individu rata-rata dapat mengandung hingga 26,4 gram plastik, setara dengan massa 10 bola pingpong," tambahnya.

Baca juga: Terurai dalam Sejam, Inovasi Plastik dari Jepang Bawa Harapan di Tengah Kebuntuan

Lebih lanjut, di mana penyu hidup itu penting.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Lingkungan Kotor dan Banjir Picu Leptospirosis, Pakar: Ini Bukan Hanya Soal Tikus
Swasta
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
Hijaukan Pesisir, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove di Probolinggo
BUMN
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Kematian Lansia akibat Gelombang Panas Melonjak 85 Persen Sejak 1990-an
Pemerintah
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Larangan Plastik Segera dan Serentak Hemat Uang 8 Triliun Dolar AS
Pemerintah
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
Digitalisasi Bisa Dorong Sistem Pangan Berkelanjutan
LSM/Figur
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
Lama Dilindungi Mitos, Bajing Albino Sangihe Kini Butuh Proteksi Tambahan
LSM/Figur
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Melonjaknya Harga Minyak Bisa Percepat Transisi Energi Hijau Global
Pemerintah
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
5 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes Perkuat Deteksi dan Survei Lingkungan
Pemerintah
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu
LSM/Figur
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Gula dan Minyak Goreng Juga Sumber Emisi, Industri Perlu Hitung Dampaknya
Swasta
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Cegah Banjir, Pemprov DKI Siagakan Pasukan Oranye untuk Angkut Sampah Sungai
Pemerintah
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Greenpeace: Hujan Juli Bukan Anomali, Tanda Krisis Iklim karena Energi Fosil
Pemerintah
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
Anoa dan Babirusa Buktikan, Pulau Kecil Kunci Jaga Keanekaragaman
LSM/Figur
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
Triwulan I 2025, BRI Catat Pembiayaan Hijau Capai Rp 89,9 Triliun
BUMN
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
Kelinci Terlangka di Dunia Terekam Kamera Jebak di Hutan Sumatera
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau