JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 261 gajah sumatera hidup di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung, Sumatera Selatan. Kepala Balai TNWK, MHD Zaidi, memerinci populasi gajah liar diperkirakan mencapai sekitar 160-180 ekor pada 2024.
Sementara, gajah captive di Pusat Latihan Gajah (PLG) dan Elephant Respon Unit (ERU) sekitar 61 ekor.
"Populasi gajah liar di TNWK cenderung stabil bahkan menunjukkan tren positif. Berkat upaya konservasi yang terintegrasi, termasuk patroli intensif, perlindungan habitat, serta dukungan dari masyarakat dan mitra konservasi," ujar Zaidi saat dihubungi, Selasa (5/8/2025).
Dia menjelaskan, ada dua jenis gajah yang dikonservasi di TNWK yakni gajah liar dan gajah captive yang berada di PLG serta ERU. Sejauh ini, pihaknya tengah menghitung kembali populasi gajah menggunakan teknologi fecal DNA.
Baca juga: 90.000 Hektare, Lahan HTI Prabowo Bisa Dukung Konservasi Gajah dengan Pengelolaan Baik
"Yang diharapkan memberikan gambaran lebih akurat dan komprehensif tentang jumlah serta sebaran gajah di TNWK," papar Zaidi.
"Upaya konservasi berbasis data ilmiah ini menunjukkan komitmen kuat dari berbagai pihak untuk memastikan masa depan gajah sumatera tetap terjaga," imbuh dia.
Di sisi lain, Zaidi tak menampik tantangan konservasi gajah berkaitan dengan manusia. Konflik gajah dan manusia, perburuan, hingga rusaknya habitat menjadi kendala utama.
Lainnya, pendanaan dan sumber daya manusia terbatas untuk patroli, pengawasan, dan pengelolaan habitat. Tantangan terakhir, perubahan iklim yang berpengaruh pada ketersediaan air maupun sumber makanan.
"Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, mitra NGO, dan akademisi, tantangan ini dapat diatasi secara bertahap melalui pendekatan konservasi partisipatif," ucap Zaidi.
Baca juga: Gajah Dianggap Teman oleh Mamalia Hutan, Kepunahannya Picu Kerusakan
Selain itu, pihaknya melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata berbasis lanskap dan gajah. Wisata edukatif, interpretasi gajah liar, dan pelatihan pemandu lokal dilakukan di sejumlah lokasi penyangga TNWK.
"Keterlibatan masyarakat ini tidak hanya membantu mengurangi tekanan terhadap kawasan, tetapi juga menciptakan jejaring sosial yang mendukung konservasi jangka panjang," tutur dia.
Zaidi menilai, hal ini membuktikan bahwa pendekatan berbasis lanskap, yang menggabungkan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi merupakan strategi penting menjaga kelestarian gajah sumatera sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya