JAKARTA, KOMPAS.com - Dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Abdul Haris Mustari, mengungkapkan gajah memiliki empat peran untuk alam.
Pertama, gajah merupakan spesies kunci atau key species. Abdul menjelaskan, gajah berperan penting di dalam ekosistem terutama untuk regenerasi hutan.
"Karena gajah makan buah, lalu membuang kotoran, dan menyebabkan tumbuhan di hutan tumbuh dengan baik. Karena tumbuhan banyak yang disebarkan oleh gajah, dan berperan untuk satwa lain," kata Abdul saat dihubungi, Selasa (12/8/2025).
Baca juga: Hari Gajah Sedunia, Ahli Ingatkan Pentingnya Koeksistensi dengan Satwa
Oleh sebab itu, banyak spesies lain yang bergantung pada gajah. Ia menyebutkan, gajah menjadi spesies payung atau umbrella species dengan luasnya wilayah jelajah kelompok. Perlindungan terhadap gajah artinya turut melindungi satwa lain di habitat asli.
"Dengan melindungi gajah, habitat dan populasinya, berarti kita secara langsung dan tidak langsung melindungi habitat dan populasi spesies lain. Dengan melindungi gajah, seluruh spesies yang ada di Sumatera terlindungi," ujar dia.
Ketiga, gajah juga disebut sebagai flagship species atau spesies bendera. Abdul menjelaskan, peran ini berkaitan dengan ikatan emosional manusia dan gajah.
"Karena itu apabila ada gajah yang mati misalnya, dijerat atau diburu pasti masyarakat langsung bereaksi. Bereaksi dalam hal ini membela gajah, dan menyalahkan orang yang membunuhnya," jelas Abdul.
Terakhir, gajah berperan sebagai milestone species atau spesies penanda. Ia msnuturkan, satwa dilindungi ini menunjukkan bahwa Pulau Kalimantan dan Sumatera sempat menjadi satu daratan sebelum akhirnya terpisah lautan.
Baca juga: Gajah di Sumatera Sisa 1.100 Ekor, Kemenhut Gencarkan Konservasi
Sebagian gajah di Sumatera, jutaan tahun lalu melintasi Kalimantan dan membentuk populasi baru. Terpisahnya pulau akhirnya menyebabkan populasi gajah baru di sana.
Abdul mencatat, gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) kini menghadapi ancaman serius karena makin sempitnya habitat dan tingginya konflik dengan manusia. Satwa endemik Sumatera ini masuk kategori critically endangered atau kritis terancam punah menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Kementerian Kehutanan melaporkan, jumlah gajah yang tersisa sebanyak 1.100 ekor yang hidup di 22 lanskap.
"Kenapa sering terjadi konflik karena konversi lahan, paling besar di Pulau Sumatera, dari seluruh pulau di Indonesia itu kan Sumatera yang paling duluan hancur hutannya," tutur Abdul.
"Jadi eksploitasi hutan pertama kali di Indonesia paling awal secara masif di Pulau Sumatera. Di situ pula habitat gajah," imbuh dia.
Dengan tekanan habitat dan konflik yang kian sering terjadi, diperlukan upaya konservasi yang lebih ketat. Termasuk perlindungan habitat, penegakan hukum terhadap perusakan hutan, serta mitigasi konflik gajah-manusia.
Baca juga: Gajah di Sumatera Sisa 1.100 Ekor, Kemenhut Gencarkan Konservasi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya