Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Gajah Sedunia, Ahli Ingatkan Pentingnya Koeksistensi dengan Satwa

Kompas.com, 12 Agustus 2025, 18:21 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Konservasi Satwa Liar IPB University, Burhanuddin Masyud, mengatakan bahwa konflik antara manusia dengan gajah masih terjadi. Hal ini disampaikannya, dalam rangka memperingati Hari Gajah Sedunia.

Insiden tertabraknya anak gajah di Perak, Malaysia, misalnya yang terjadi pada 11 Mei 2025 lalu. Dalam kasus itu, Burhanuddin menyoroti perilaku alami gajah yang menunjukkan ikatan sosial kuat.

“Respons induk gajah menyerang truk yang menabrak anaknya menunjukkan insting alami dan ikatan sosial kuat pada gajah. Secara umum, gajah dikenal sebagai satwa liar dengan insting perlindungan tinggi terhadap anaknya,” kata Burhanuddin dalam keterangannya, Senin (11/8/2025).

Baca juga: Ampuh Usir Gajah, Sereh Kini Digagas untuk Ekonomi Warga

Kasus serupa berulang di Tol Pekanbaru–Dumai, beberapa waktu lalu. Menurut dia, kedua kasus kematian gajah sumatera menjadi peringatan dari tumpang tindihnya habitat satwa liar dan permukiman.

Kondisi ini menekankan pentingnya upaya mitigasi konflik manusiia dengan gajah. Dia berpandangan, konsep koeksistensi di mana manusia dan gajah hidup berdampingan di koridor Pekanbaru-Dumai bisa dikembangkam untuk ko servasi satwa dilindungi itu.

“Pendekatan ini integratif, apalagi gajah dekat dengan manusia. Contohnya, penggunaan gajah jinak untuk mengendalikan gajah liar sekaligus diintegrasikan dengan wisata,” tutur Burhanuddin.

Pembangunan terowongan lintasan gajah di Tol Pekanbaru–Dumai juga dinilai sebagai jalan keluar untuk memitigasi konflik. Terlebih, gajah memiliki pola pergerakan alami berulang sesuai musim.

"Sehingga infrastruktur seperti ini penting untuk direplikasi di lokasi lain,” imbuh dia.

Baca juga: Bagaimana Krisis Iklim Bikin Gajah dan Manusia Bertengkar? Ahli Jelaskan

Risiko Konflik Lainnya

Burhanuddin mencatat, risiko konflik yang sama ditemukan di jalan lintas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Area ini menghubungkan Lampung dengan Bengkulu. Berdasarkan penelitian di wilayah Aceh, konflik bisa diredam melalui penanaman tanaman berbasis preferensi gajah.

"Secara budaya, kerusakan tanaman oleh gajah bisa dianggap sebagai ‘amal sholeh’, selama tidak menimbulkan kerugian ekonomi signifikan,” tutur Burhanuddin.

Dia lalu menegaskan pentingnya kebijakan mitigasi yang sistematis. Setidaknya, ada dua langkah yang harus diambil yakni implementasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 tentang Areal Preservasi (koridor satwa) dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Kedua, mengembangkan pusat konservasi gajah sebagai lembaga konservasi eks situ yang berfungsi untuk pelestarian sekaligus wisata edukasi.

“Konservasi tidak boleh berdiri sendiri. Kita harus mampu menyelaraskan pembangunan dan kelestarian alam secara seimbang,” tandasnya.

Baca juga: Jaga Populasi, TN Way Kambas Gencarkan Breeding Gajah Sumatera

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Pemerintah
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
Pemerintah
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Pemerintah
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
LSM/Figur
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
LSM/Figur
BPBD Gelar Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir di Jabodetabek
BPBD Gelar Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir di Jabodetabek
Pemerintah
Hari Pahlawan dan Pejuang Lingkungan Kita
Hari Pahlawan dan Pejuang Lingkungan Kita
LSM/Figur
Kunjungan Menteri PKP Tegaskan Komitmen Astra Wujudkan Hunian Layak bagi Warga
Kunjungan Menteri PKP Tegaskan Komitmen Astra Wujudkan Hunian Layak bagi Warga
BrandzView
Ambisi Iklim Turun, Dunia Gagal Penuhi Perjanjian Paris
Ambisi Iklim Turun, Dunia Gagal Penuhi Perjanjian Paris
Pemerintah
Mayoritas Penduduk Negara Berpenghasilan Menengah Rasakan Dampak Krisis Iklim
Mayoritas Penduduk Negara Berpenghasilan Menengah Rasakan Dampak Krisis Iklim
Pemerintah
Kebijakan Iklim Dapat Dukungan, Tapi Disinformasi Picu Keraguan
Kebijakan Iklim Dapat Dukungan, Tapi Disinformasi Picu Keraguan
LSM/Figur
Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
LSM/Figur
KLH: Indonesia Darurat Sampah, Tiap Tahun Ciptakan Bantar Gebang Baru
KLH: Indonesia Darurat Sampah, Tiap Tahun Ciptakan Bantar Gebang Baru
Pemerintah
Ecoground 2025: Blibli Tiket Action Tunjukkan Cara Seru Hidup Ramah Lingkungan
Ecoground 2025: Blibli Tiket Action Tunjukkan Cara Seru Hidup Ramah Lingkungan
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau