Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badak di Kalimantan Timur Sisa Dua, Kemenhut Siapkan Induk Pengganti

Kompas.com, 30 Agustus 2025, 09:00 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bakal mengembangbiakan dua badak kalimantan, lantaran populasinya kini hanya tersisa dua ekor di Kalimantan Timur. 

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko, menyebut pihaknya akan melakukan assisted reproductive technology (ART) atau asistensi reproduksi menggunakan teknologi.

"ART menjadi sangat penting karena dua-duanya betina, jadi harus ada pengumpulan oosit, pengumpulan sperma dikawinkan," ungkap Satyawan saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (29/8/2025).

"Lalu nanti dimasukkan ke surrogate mother dan dilahirkan untuk menyelamatkan badak yang ada di Kalimantan," imbuh dia.

Baca juga: Alarm Punah! Badak Jawa Diprediksi Hilang 50 Tahun Lagi, Translokasi Jadi Jalan

Dia menjelaskan, badak itu bernama Pari dan Pahu. Keduanya juga akan direlokasi untuk menambah populasinya. Penyelamatan populasi badak kalimantan dan badak jawa mengacu pada pengalaman suksesnya kelahiran beberapa individu badak di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur.

Translokasi Badak Jawa

Sementara ini, pihaknya juga melakukan translokasi badak jawa di TNUK ke tempat khusus yakni Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA). Satyawan menyampaikan, berbagai persiapan translokasi badak mencakup pembangunan fasilitas JRSCA, di Desa Ujungjaya, Kabupaten Pandeglang sebagai habitat baru.

Kedua, memilih individu badak dengan mempertimbangkan haplotipe genetik berbeda untuk menghindari inbreeding. Survei jalur pergerakan badak dan lokasi pit trap dilakukan untuk penangkapan aman.

Selain itu, survei jalur transportasi dari lokasi tangkapan ke JRSCA, termasuk habituasi badak yang akan ditranslokasi, simulasi lapangan dan finalisasi SOP untuk memastikan seluruh prosedur berjalan lancar, serta menyusun pedoman ethical assessment bersama pakar nasional maupun internasional.

"Kami tahu di alam ada tanda-tanda inbreeding depression, misalnya kelainan morfologi. Itu tanda bahwa mereka sudah kawin sedarah, sehingga kami ambil dari dua haploid tipe yang berbeda," tutur Satyawan.

Baca juga: Cegah Kepunahan, Kemenhut Translokasi Dua Badak Jawa TN Ujung Kulon

Dia menyatakan translokasi dilakukan perlahan, untuk mencegah badak stres. Satyawan memastikan, perburuan badak jawa di Taman Nasional ini sudah terkendali.

"Kami punya bukti sekarang bahwa badak jawa sudah menyebar ke area-area yang dulu dihindari karena adanya pemburu. Di ujung ada tiga pos, pengamanan tetap 24 jam per hari, tujuh hari seminggu, 30 atau 31 hari perbulan itu tetap," kata dia.

Populasi badak jawa bercula di Indonesia saat ini hanya 87-100 ekor. Jumlah tersebut didapatkan melalui metode model spatial count berdasarkan deteksi kehadiran badak di lokasi pengamatan oleh Balai TNUK.

Hewan ini termasuk kategori critically endangered atau terancam punah pada International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List dan Apendiks I Cites.

Baca juga: Dari Pesut ke Badak, Bappenas Tekankan Nilai Ekonomi Biodiversitas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau