JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bakal mengembangbiakan dua badak kalimantan, lantaran populasinya kini hanya tersisa dua ekor di Kalimantan Timur.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko, menyebut pihaknya akan melakukan assisted reproductive technology (ART) atau asistensi reproduksi menggunakan teknologi.
"ART menjadi sangat penting karena dua-duanya betina, jadi harus ada pengumpulan oosit, pengumpulan sperma dikawinkan," ungkap Satyawan saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (29/8/2025).
"Lalu nanti dimasukkan ke surrogate mother dan dilahirkan untuk menyelamatkan badak yang ada di Kalimantan," imbuh dia.
Baca juga: Alarm Punah! Badak Jawa Diprediksi Hilang 50 Tahun Lagi, Translokasi Jadi Jalan
Dia menjelaskan, badak itu bernama Pari dan Pahu. Keduanya juga akan direlokasi untuk menambah populasinya. Penyelamatan populasi badak kalimantan dan badak jawa mengacu pada pengalaman suksesnya kelahiran beberapa individu badak di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur.
Sementara ini, pihaknya juga melakukan translokasi badak jawa di TNUK ke tempat khusus yakni Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA). Satyawan menyampaikan, berbagai persiapan translokasi badak mencakup pembangunan fasilitas JRSCA, di Desa Ujungjaya, Kabupaten Pandeglang sebagai habitat baru.
Kedua, memilih individu badak dengan mempertimbangkan haplotipe genetik berbeda untuk menghindari inbreeding. Survei jalur pergerakan badak dan lokasi pit trap dilakukan untuk penangkapan aman.
Selain itu, survei jalur transportasi dari lokasi tangkapan ke JRSCA, termasuk habituasi badak yang akan ditranslokasi, simulasi lapangan dan finalisasi SOP untuk memastikan seluruh prosedur berjalan lancar, serta menyusun pedoman ethical assessment bersama pakar nasional maupun internasional.
"Kami tahu di alam ada tanda-tanda inbreeding depression, misalnya kelainan morfologi. Itu tanda bahwa mereka sudah kawin sedarah, sehingga kami ambil dari dua haploid tipe yang berbeda," tutur Satyawan.
Baca juga: Cegah Kepunahan, Kemenhut Translokasi Dua Badak Jawa TN Ujung Kulon
Dia menyatakan translokasi dilakukan perlahan, untuk mencegah badak stres. Satyawan memastikan, perburuan badak jawa di Taman Nasional ini sudah terkendali.
"Kami punya bukti sekarang bahwa badak jawa sudah menyebar ke area-area yang dulu dihindari karena adanya pemburu. Di ujung ada tiga pos, pengamanan tetap 24 jam per hari, tujuh hari seminggu, 30 atau 31 hari perbulan itu tetap," kata dia.
Populasi badak jawa bercula di Indonesia saat ini hanya 87-100 ekor. Jumlah tersebut didapatkan melalui metode model spatial count berdasarkan deteksi kehadiran badak di lokasi pengamatan oleh Balai TNUK.
Hewan ini termasuk kategori critically endangered atau terancam punah pada International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List dan Apendiks I Cites.
Baca juga: Dari Pesut ke Badak, Bappenas Tekankan Nilai Ekonomi Biodiversitas
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya