Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Paparan Polusi Udara Picu Demensia

Kompas.com, 5 September 2025, 20:35 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Studi dari Johns Hopkins University mengungkapkan, paparan polusi udara terutama PM2.5 terbukti dapat memicu demensia badan lewy, bentuk paling umum dari alzheimer.

Peneliti menjelaskan, PM2.5 menyebabkan pembentukan gumpalan protein beracun yang menghancurkan sel-sel saraf saat menyebar melalui otak.

"Temuan kami memiliki implikasi yang mendalam untuk pencegahan karena mengidentifikasi polusi udara sebagai faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk demensia badan lewy," kata peneliti utama studi, Xiaobo Mao, dikutip dari The Guardian, Jumat (5/9/2025).

Para peneliti menganalisis rekam medis rumah sakit dari 56,5 juta pasien Medicare di Amerika Serikat. Dari data tersebut, tim mengamati pasien yang dirawat antara tahun 2000 dan 2014 dengan kondisi kerusakan protein otak.

Baca juga: Paparan Logam dan Sulfat dalam Polusi Udara Berpotensi Tingkatkan Risiko Asma

Berdasarkan kode pos tempat tinggal, para peneliti menghitung tingkat paparan jangka panjang pasien terhadap polusi PM2.5.

Hasilnya, paparan jangka panjang partikel halus ini meningkatkan risiko demensia badan lewy, meski pengaruhnya terhadap jenis demensia lain relatif lebih kecil.

Sebagai informasi, badan lewy terbentuk dari protein alfa-sinuklein. Dalam kondisi normal, protein itu penting bagi fungsi otak, namun apabila mengalami salah lipat maka alfa-sinuklein bisa menggumpal, merusak sel saraf, lalu menyebar di otak hingga menimbulkan gejala demensia.

Penelitian lebih lanjut pada tikus memperlihatkan PM2.5 mendorong pembentukan gumpalan alfa-sinuklein yang agresif, tangguh, dan beracun tampak sangat mirip dengan manusia.

Mao meyakini, studinya mengimplikasikan langkah dunia untuk serius menangani polusi udara.

Pengendalian Emisi Industri 

Kebijakan pengendalian emisi industri, gas buang kendaraan, hingga pengelolaan kebakaran hutan dan pembakaran kayu rumah tangga menjadi kunci mencegah risiko demensia akibat paparan polusi udara.

"Dengan mengurangi paparan terhadap polusi udara, kita berpotensi mengurangi risiko berkembangnya kondisi neurodegeneratif yang merusak ini dalam skala populasi yang luas," jelas Mao.

Baca juga: Studi Ungkap Polusi Cahaya Sebabkan Burung di Perkotaan Kurang Tidur

Profesor penyakit neurodegeneratif Johns Hopkins sekaligus penulis senior studi, Ted Dawson, menyampaikan temuan tersebut menunjukkan adanya hubungan kuat antara polusi udara dengan demensia.

Penelitian itu pun melanjutkan sejumlah studi sebelumnya yang menemukan partikel PM2.5 di otak manusia, yang kerusakannya dikaitkan dengan alzheimer dan penurunan fungsi kognitif.

"Ini adalah studi penting dan menarik yang memperdalam pemahaman kita tentang bagaimana polusi udara dapat memicu penyakit neurodegeneratif," ucap dia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau