Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL

Kompas.com, 8 September 2025, 17:32 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Usaha kuliner menjadi kontributor terbesar pencemaran limbah air di sepanjang Sungai Ciliwung, berdasarkan kajian inventarisasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta pada 2024.

DLH Jakarta meminta seluruh pelaku usaha kuliner segera mendaftarkan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan membuat Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) sebagai bentuk komitmen menjaga keberlanjutan lingkungan, kesehatan masyarakat, dan kualitas sungai di Jakarta.

Pendaftaran dapat dilakukan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan sistem Online Single Submission (OSS).

Jumlah usaha kuliner di Jakarta mencapai 351.700 unit. Rinciannya: 80.037 restoran/rumah makan, 45.750 penyedia makanan dan minuman keliling, 11.420 katering, serta 215.479 usaha makanan/minuman lainnya. Dari total tersebut, 91 persen belum memiliki NIB.

"Aktivitas masyarakat di sekitar bentaran sungai yang begitu banyak melakukan kegiatan usaha tanpa dilakukan pengelolaan lingkungan yang baik, ternyata faktor utama," ujar Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Jakarta, Erni Pelita Fitratunnisa, dalam sebuah webinar pekan lalu.

Menurut DLH DKI, banyak UMKM yang belum membuat SPPL, sehingga limbah produksi langsung dibuang ke sungai. Akibatnya, Indeks Kualitas Air (IKA) rendah dan jauh dari target. Padahal, IKA merupakan indikator penting dalam perhitungan indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH).

Baca juga: Guru Besar IPB: Lebah Madu Bisa Jadi Detektor Pencemaran Lingkungan

"Dan saya sampaikan ke Kementerian Lingkungan Hidup bahwa DKI tidak usah ikut di dalam penilaian IKLH secara nasional. Kenapa? Karena sangat berat. Jangankan mencapai target ya, naik satu level saja itu sangat berat," kata Erni.

Kajian terbaru Lembaga Teknologi (LEMTEK) Universitas Indonesia (UI) juga mencatat 11.499 sumber pencemar titik dan 7.196 sumber pencemar non-titik di Sungai Ciliwung, Cipinang, Sunter, Cideng, dan Grogol.

Dari 11.499 sumber pencemar titik, terbanyak berasal dari pertokoan (4.130) dan restoran (3.555). Sumber lainnya meliputi bengkel/pergudangan (618), hotel (312), industri kecil (436), pasar tradisional (88), pasar modern (7), fasilitas pendidikan (769), perkantoran (1.053), pariwisata (161), peternakan/RPH (174), dan rumah sakit (189).

Sementara itu, dari 7.196 sumber pencemar non-titik, sebanyak 2.836 berasal dari permukiman teratur, 2.251 dari permukiman tidak teratur, 1.754 dari area perkantoran, dan 345 dari permukiman kumuh.

Menurut peneliti LEMTEK UI, Nopa Maulidiany, sumber utama pencemaran sungai di Jakarta berasal dari UMKM, seperti pabrik tahu-tempe, laundry, rumah potong hewan (RPH), rumah makan, serta greywater domestic (limbah domestik dari aktivitas mencuci piring, pakaian, hingga kendaraan).

"Greywater domestic mayoritas belum diolah dan langsung masuk drainase atau sungai. UMKM dan RPH banyak yang belum memiliki IPAL (instalasi pengolahan air limbah). Jadi, limbah hasil kegiatannya langsung dibuang ke sungai. Lalu, tantangan pembiayaan UMKM dan arah solusi berkelanjutan yang perlu kajian finansial mendalam," ucap Nopa.

Baca juga: Sungai Jakarta Cemar Berat, Limbah Domestik Sumber Utamanya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SDP Dorong Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasis ESG
SDP Dorong Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasis ESG
BrandzView
Program Desaku Maju–GERCEP Dorong Pembangunan Desa kewat Inovasi dan Design Thinking
Program Desaku Maju–GERCEP Dorong Pembangunan Desa kewat Inovasi dan Design Thinking
Pemerintah
Banjir di Sumatera Disebut Mirip Konflik Agraria, Akar Masalah Diabaikan
Banjir di Sumatera Disebut Mirip Konflik Agraria, Akar Masalah Diabaikan
Pemerintah
Lakukan Pengijauan, Nestlé Tanam 1.000 Pohon di Jawa Tengah
Lakukan Pengijauan, Nestlé Tanam 1.000 Pohon di Jawa Tengah
Swasta
Deforestasi Dinilai Perparah Banjir di Aceh, Risiko Sudah Dipetakan Sejak Lama
Deforestasi Dinilai Perparah Banjir di Aceh, Risiko Sudah Dipetakan Sejak Lama
LSM/Figur
Siswa SMA Sulap Limbah Cangkang Kepiting dan Udang Jadi Kemasan Ramah Lingkungan
Siswa SMA Sulap Limbah Cangkang Kepiting dan Udang Jadi Kemasan Ramah Lingkungan
LSM/Figur
Polusi Udara dari Kendaraan Diprediksi Picu 1,8 Juta Kematian Dini Pada 2060
Polusi Udara dari Kendaraan Diprediksi Picu 1,8 Juta Kematian Dini Pada 2060
LSM/Figur
KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel Imbas TPA Cipeucang Ditutup
KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel Imbas TPA Cipeucang Ditutup
Pemerintah
Investor Relations Jadi Profesi Masa Depan, Indonesia Perlu Siapkan SDM Kompeten
Investor Relations Jadi Profesi Masa Depan, Indonesia Perlu Siapkan SDM Kompeten
BUMN
Lindungi Pemain Tenis dari Panas Ekstrem, ATP Rilis Aturan Baru
Lindungi Pemain Tenis dari Panas Ekstrem, ATP Rilis Aturan Baru
LSM/Figur
IEA: 60 Persen Perusahaan Global Kekurangan 'Tenaga Kerja Hijau'
IEA: 60 Persen Perusahaan Global Kekurangan "Tenaga Kerja Hijau"
Pemerintah
Pertamina Andalkan Strategi Migas Tetap Jalan, Geothermal Jadi Masa Depan
Pertamina Andalkan Strategi Migas Tetap Jalan, Geothermal Jadi Masa Depan
BUMN
ASRI Awards, Penghargaan bagi Siswa hingga Sekolah lewat Inovasi Keberlanjutan
ASRI Awards, Penghargaan bagi Siswa hingga Sekolah lewat Inovasi Keberlanjutan
Swasta
Pelindo Terminal Petikemas Terapkan Teknologi Terumbu Buatan di Karimunjawa
Pelindo Terminal Petikemas Terapkan Teknologi Terumbu Buatan di Karimunjawa
BUMN
Teknologi Satelit Ungkap Sumber Emisi Metana dari Minyak, Gas, dan Batu Bara Global
Teknologi Satelit Ungkap Sumber Emisi Metana dari Minyak, Gas, dan Batu Bara Global
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau