JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Departemen Biologi IPB University, Rika Raffiudin, menyampakkan lebah madu berpotensi menjadi bioindikator atau detektor alami pencemaran lingkungan. Hewan ini menandakan pencemaran melalui indikator biologis.
Ketika lingkungan tercemar, lebah madu dapat menunjukkan sejumlah perubahan yang mudah diamati. Misalnya, peningkatan jumlah lebah yang mati setelah terpapar molekul berbahaya dari udara atau tanaman di sekitarnya.
“Bioindikator lainnya adalah cairnya sebagian lilin sarang sebagai penanda peningkatan suhu berkepanjangan, keberadaan pestisida dan logam berat dalam madu atau produk lebah lainnya, dan penurunan ukuran koloni lebah,” ungkap Rika dalam keterangannya, Selasa (19/8/2025).
Baca juga: Kurangi Pencemaran Udara, Indonesia Harus Upgrade Kualitas Bahan Bakar
Lebah berpotensi menjadi bioindikator untuk mengukur degradasi lingkungan, perubahan iklim, hingga dampak pemanasan global. Menurut Rika, lebah madu hidup dalam koloni yang terorganisasi dan memilki kerja sama antar individunya.
Selain menghasilkan produk bernilai seperti madu, lilin, royal jelly, serbuk sari, propolis, dan venom lebah, lebah madu juga berperan sebagai penyerbuk utama guna meningkatkan produktivitas tanaman hortikultura.
Akan tetapi, urbanisasi hingga meningkatnya polusi udara memengaruhi keseimbangan ekosistem lebah madu.
“Penelitian Duque and Steffan-Dewenter yang dipublikasi di Frontiers in Ecology and the Environmental menunjukkan bahwa polutan atmosfer, termasuk emisi kendaraan bermotor dapat mengganggu kemampuan lebah dalam mengenali senyawa organik volatil (Volatile Organic Compound/VOC) dari bunga,” tutur Rika.
Dia menjelaskan, VOC adalah bagian penting dalam interaksi ekologis antara serangga dengan tanaman. Peneliti melatih lebah mengenali profil VOC seperti linalool, dipentena, mirsen, dan geranium.
Hasilnya, lebah membutuhkan waktu lebih lama untuk mengenali VOC yang telah tercemar emisi knalpot dan juga lebih cepat melupakan volatile.
Baca juga: Jasa Tak Terkira Lebah dalam Melayani Kita dan Ekosistem
“Polusi udara terbukti mengubah pengenalan dan daya ingat lebah terhadap VOC bunga, yang pada akhirnya dapat mengurangi efisiensi mereka dalam mencari nektar dan serbuk sari,” ucap Rika.
Dia berpandangan, penelitian tersebut memperkuat peran lebah madu sebagai alat monitoring alami terhadap kualitas lingkungan. Sekaligus mengingatkan pentingnya menjaga kualitas udara dan habitat alami serangga penyerbuk.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya