KOMPAS.com — Program Desaku Maju–GERCEP yang dijalankan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menjadi salah satu upaya membangun desa dengan memperkuat kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan vokasi, kewirausahaan, dan pendekatan design thinking.
Program tersebut dirancang untuk mencetak agent of change (agen perubahan) di desa melalui pendekatan design thinking yang terintegrasi dengan keterampilan teknis dan kewirausahaan.
Adapun program Gercep dijalankan secara masif di berbagai wilayah Lampung dengan tujuan mendorong lahirnya inovasi berbasis kebutuhan riil masyarakat desa.
Melalui pendekatan tersebut, peserta pelatihan tidak hanya dibekali keahlian teknis, tetapi juga kemampuan mengidentifikasi persoalan lokal serta merancang solusi yang aplikatif dan berkelanjutan.
Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal (Mirza) meninjau langsung pelaksanaan Program Desaku Maju–GERCEP di Desa Marang, Kabupaten Pesisir Barat, pada Rabu (17/12/2025).
Ia meninjau untuk melihat perkembangan pelatihan sekaligus menyerap aspirasi, gagasan, dan inovasi yang lahir dari masyarakat desa sebagai bagian dari penguatan ekonomi pedesaan.
Baca juga: Investor Relations Jadi Profesi Masa Depan, Indonesia Perlu Siapkan SDM Kompeten
“Saya melihat langsung semangat anak-anak muda di Desa Marang untuk berinovasi. Kita tidak bisa menunggu solusi datang dari luar desa, karena desa harus dibangun dengan semangat kemandirian, kedaulatan, dan kebangkitan melalui inovasi,” ujar Mirza dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (19/12/2025).
Karena itu, lanjut Mirza, Pemprov Lampung melatih pemuda-pemuda desa, tidak hanya di Marang tetapi di seluruh Lampung, agar mampu melahirkan inovasi sesuai karakter desanya.
“Hari ini sudah lahir ratusan inovasi baru, mulai dari alat pemecah kelapa hingga pupuk organik, yang langsung menjawab kebutuhan riil masyarakat dan menjadi lompatan kemajuan bagi desa,” kata Mirza.
Di Desa Marang, pelatihan vokasi yang dilaksanakan mencakup Instalasi Listrik Dasar Peralatan Pertanian. Materi tersebut dipadukan dengan kelas Design Thinking dan Kewirausahaan pada dua hari pertama pelatihan.
Pendekatan tersebut mendorong peserta untuk tidak hanya fokus pada aspek teknis, tetapi juga pada proses memahami masalah, merancang ide, hingga menghasilkan solusi yang sesuai dengan potensi lokal.
Hasilnya, dari satu kelas pelatihan saja, peserta berhasil menghasilkan empat prototipe inovasi yang seluruhnya berangkat dari persoalan nyata yang dihadapi masyarakat setempat.
Baca juga: Polisi Hutan Mau Ditambah, Anggota DPR: Sulit Bila Hanya Andalkan SDM
Di Desa Marang, pelatihan vokasi yang dilaksanakan mencakup Instalasi Listrik Dasar Peralatan Pertanian. Materi tersebut dipadukan dengan kelas Design Thinking dan Kewirausahaan pada dua hari pertama pelatihan. Keempat prototipe tersebut mencerminkan upaya konkret peserta dalam menerjemahkan pembelajaran menjadi solusi yang aplikatif.
Prototipe pertama adalah Centre Ikan “Way Mamata”, berupa gagasan pembangunan dermaga, tempat pelelangan ikan (TPI), serta marketplace digital. Inovasi ini dirancang untuk membantu nelayan menyandarkan kapal dan memasarkan hasil tangkapan secara lebih efisien serta bernilai tambah.
Kehadiran Centre Ikan “Way Mamata” diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan, memberdayakan pemuda bahari, dan memperluas akses pasar ikan berbasis digital.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya