JAKARTA, KOMPAS.com - EchoChemistry, kelompok siswa asal MAN 1 Kendari, Sulawesi Tenggara, menyulap limbah cangkang kepiting dan kulit udang menjadi kemasan ramah lingkungan. Inovasi tersebut memenangkan Akademi Sekolah Lestari (ASRI) Awards 2025.
Anggota EchoChemistry, Aisyah menjelaskan, inovasi itu berawal dari menumpuknya sampah di lautan yang mencapai 11 juta ton pada tahun 2023, berdasarkan catatan United Nations Environment Programme (UNEP).
Baca juga:
"Menurut Dinas KKP (Kelautan dan Perikanan) Sulawesi Tenggara pada tahun 2024 limbah laut dari industri kemasan di kota kami yaitu Kendari meningkat setiap tahun. Yang bikin kami berpikir adalah, itu masalah yang sering terjadi tetapi jarang kita anggap serius," kata Aisyah di Jakarta Pusat, Kamis (18/12/2025).
Padahal, lanjut Aisyah, kulit udang dan cangkang kepiting bukan sampah biasa. Di dalamnya mengandung mengandung kitosan, material film komposit yang dapat diekstraksi melalui proses kimia deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi.
"Akhirnya kami sadar, masalahnya itu bukan cuma sampah tetapi karena yang pertama limbah ini dianggap tidak berguna. Kedua, teknologi pengolahannya belum sampai ke masyarakat, ketiga, edukasinya masih sangat minim," jelas dia.
Selain itu, banyak orang yang masih belum tahu potensi limbah makanan laut tersebut.
Baca juga:
Anggota lainnya, Resky menuturkan, konsep utama inovasi mereka adalah mengolah kulit udang dan cangkang kepiting menjadi komposit kitosan yang dapat dimanfaatkan sebagai kemasan makanan ramah lingkungan.
Menurut dia, kemasan ini bersifat anti bakteri, non-toksik, dan aman untuk pangan. Selain itu, dapat terurai secara alami, tidak seperti plastik biasa.
"Adapun target karya kami, yaitu UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) kuliner, industri seafood, masyarakat pesisir, dan yang terakhir, sekolah yang ingin menerapkan inovasi ramah lingkungan," ucap Resky.
Kelompok siswa MAN 1 Kendari menyulap limbah cangkang kepiting dan kulit udang menjadi kemasan ramah lingkungan. Proses pembuatannya meliputi pengumpulan limbah cangkang, ekstraksi kitosan, penguatan komposit, dan pembentukan plastik biodegradable (dapat terurai).
Kendati demikian, tim EchoChemistry menghadapi sejumlah kendala, antara lain ketersediaan limbah udang dan kepiting yang tidak konsisten karena faktor musim.
Lalu, keterbatasan fasilitas laboratorium sekolah, penggunaan bahan kimia berbahaya seperti NaOH dan NaCl, serta hasil film komposit yang rapuh.
Minimnya dukungan dari pelaku UMKM serta faktor cuaca juga menghambat produksi. Tantangan lainnya, proses pengeringan bahan yang bergantung pada cuaca.
Untuk mengatasi hal tersebut, EchoChemistry menerapkan berbagai strategi mitigasi yakni mengambil limbah dari lebih dari tiga sumber, menjalin kerja sama dengan laboratorium Universitas Halu Oleo, menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, mengembangkan beberapa variasi formula, serta melakukan edukasi kepada UMKM terkait manfaat dan keunggulan produk mereka.
Baca juga:
Inovasi plastik ramah lingkungan mengantarkan EchoChemistry menjadi salah satu pemenang Akademi Sekolah Lestari (ASRI) Awards 2025 kategori Ideasi yang digelar KG Media dan Unilever.
ASRI Awards adalah ajang penghargaan bagi siswa, guru, dan sekolah yang berkontribusi melalui karya serta inovasi bertema keberlanjutan (sustainability).
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya