KOMPAS.com - Anda mungkin lari dengan semangat fear of missing out (FOMO). Tapi, tak perlu takut dikatakan ikut-ikutan. Teruskan saja.
Lari bisa bekontribusi bukan hanya pada diri Anda, tetapi juga pada pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Lari berkontribusi pada poin ke-1 SDGs tentang Tanpa Kemiskinan, sekaligus poin ke-3 tentang Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik.
"Ambil contoh SDGs yang masalah kemiskinan saja. Tentu saja dari berlari, seseorang menjadi lebih sehat dan mengoptimalkan potensinya dengan lebih baik. Kemungkinannya untuk bisa mendapatkan, bukan mata pencaharian, tapi untuk lebih bisa produktif," ujar Dokter Subspesialis Kedokteran Olahraga di RSUI sekaligus Sekretaris Program Studi Spesialis Ilmu Kedokteran Olahraga FKUI, Listya Tresnanti Mirtha, kepada Kompas.com, Selasa (9/9/2025).
Menurut Listya, lari mampu meningkatkan kualitas tidur yang penting untuk kesehatan mental, sekaligus menurunkan kadar hormon stres seperti kortisol.
Baca juga: 2025 World Investment Report: Kesenjangan Investasi SDG Kian Melebar
Lebih jauh, lari juga mendongkrak kepercayaan diri, memperbaiki mood, dan menumbuhkan kesejahteraan mental dengan mengurangi gejala depresi maupun kecemasan. Bahkan, fungsi kognitif seperti memori dan kemampuan belajar bisa ikut meningkat.
"Lebih baik bergerak dibandingkan tidak bergerak sama sekali dan menyesali kemiskinan," tutur Listya.
Ia menegaskan, kurang aktivitas fisik adalah faktor risiko utama di balik mayoritas masalah kesehatan global.
"Kurang bergerak, mager. Gaya hidup ternyata menjadi penyebab dari hampir seluruh masalah kesehatan. Artinya, kalau sebagian masalah kesehatan ini karena gaya hidup, dengan mengubah gaya hidup kita menjadi lebih aktif, itu secara bertahap bisa menggiring ke arah yang lebih baik," ucapnya.
Karena itu, semangat FOMO lari justru bisa menjadi pemicu banyak orang untuk bergerak lebih sehat.
Hanya saja, Listya mengingatkan agar tidak terjebak FOMO dalam cara maupun target berlari. Setiap individu perlu menyesuaikan dengan kondisi tubuhnya.
"Ini juga poin yang kemisinan tadi. Karena lari juga olahraga yang murah sebenarnya. Enggak butuh macam-macam, enggak harus ke gym, dan segala macam. Jalan dan berlari ini adalah sesuatu yang manusia punya dari lahir," ujar Listya.
Baca juga: Laporan PBB Sebut Asia dan Pasifik Perlu Pendanaan Mendesak untuk Capai SDG
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya