Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri LH: Stop Slogan Sampah Berkah, Itu Masalah Besar yang Harus Diselesaikan

Kompas.com - 18/09/2025, 17:33 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Proyek mengubah sampah menjadi energi (waste to energi/WtE) kurang berdampak signifikan dalam mereduksi ratusan ribu ton sampah yang dihasilkan setiap harinya di seluruh Indonesia.

Sampah yang dihasilkan di Indonesia mencapai 143.000 ton per hari. Namun, dari total sampah tersebut, hanya 20.000 ton per hari yang bisa dikelola menjadi energi.

"Berdasarkan pengawasan yang saya lakukan selama 2-3 bulan kemarin, saya turunkan semua staf saya ke lapangan, sampai di kabupaten/kota (untuk menjawab) berapa sih yang dikelola kabupaten/kota?. Ternyata, baru kurang dari 15 persen," ujar Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq dalam sebuah acara di Jakarta, Kamis (18/9/2025).

Dalam kurun waktu tersebut, Hanif menduga, puluhan juta ton sampah di berbagai daerah menghilang di tempat pembuangan akhir (TPA) atau hanyut ke sungai.

"Ini dibuktikan dengan hujan cukup deras di Bali kemarin," tutur Hanif.

Menurut Hanif, proyek WtE bukanlah solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Apalagi, proyek WtE hanya bisa dilaksanakan di kota-kota besar dengan syarat produksi sampah minimal 1.000 ton per hari. Misalnya, di Jakarta, Bogor, Surabaya, dan Makasar.

"Yang lain enggak bisa dengan WtE karena itu minimal sampah yang tersedia harus 1.000 ton yang bersihnya, maka sampah kotornya harus 2.000 ton, karena hampir 40 persen sampai 50 persen sampah kita adalah food waste," ucapnya.

Baca juga: Greenpeace: Anggaran KLH Naik, tapi Alokasi Pengelolaan Sampah Masih Kurang

Selain WtE, kata dia, upaya mengolah sampah dapat dilakukan dengan Refuse Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari pengelolaan sampah non organik. RDF kerap ditemukan di pabrik-pabrik semen sebagai bahan bakar pengganti batu bara.

"Kita (Indonesia) memiliki 23 pabrik semen. Kapasitasnya ita bisa gunakan paling 20.000 ton per hari, sehingga dari WtE 20.000 ton per hari dan dari RDF 20.000 ton per hari. Totalnya 40.000 ton per hari. Masih menyisakan lebih dari 100.000 ton per hari," tutur Hanif.

Upaya pengelolaan sekitar 103.000 ton sampah per hari di seluruh Indonesia perlu dicarikan solusinya. Ia mempertanyakan dari mana anggaran atau siapa yang mampu menangani 103.000 ton sampah per hari.

"Maka saya ingin hilangkan kata-kata, hilangkan slogan-slogan sampah itu berkah. Sampah itu masalah yang harus kita selesaikan. Semakin banyak sampah, semakin banyak masalah.

Menurut Hanif, menciptakan ekonomi sirkular menjadi salah satu solusi untuk mereduksi sampah. Jika ekonomi sirkular tidak bisa diciptakan, maka dipastikan sampai puluhan tahun Indonesia terbelit permasalahan sampah.

Ia juga menilai, membudayakan mengurangi kebiasaan membuang makanan menjadi salah satu solusi terbaik untuk menurunkan volume sampah per hari di seluruh Indonesia.

"Saya titip hari ini, kalau makan seadanya. Kalau Bapak punya duit banyak enggak masalah, kita enggak iri. Tetapi, beli lah secukupnya, karena begitu Bapak menyisakan makanan, Bapak berkontribusi meningkatkan food waste kita, meningkatkan jumlah sampah kita yang hari ini belum terselesaikan" ujar Hanif.

Baca juga: Menteri LH: Krisis Pengelolaan Sampah Picu Banjir Parah di Bali

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perubahan Iklim, Makluk Laut yang Tak Kasat Mata Pun Terancam
Perubahan Iklim, Makluk Laut yang Tak Kasat Mata Pun Terancam
LSM/Figur
UE Patok Target Limbah Pangan dan Skema Baru Daur Ulang Tekstil
UE Patok Target Limbah Pangan dan Skema Baru Daur Ulang Tekstil
Pemerintah
Aksi Iklim Sederhana dan Berbiaya Rendah Bisa Selamatkan 725.000 Jiwa per Tahun
Aksi Iklim Sederhana dan Berbiaya Rendah Bisa Selamatkan 725.000 Jiwa per Tahun
Pemerintah
Tekan Polusi Udara di Jakarta, DLH Semprotkan 4.000 Liter 'Water Mist'
Tekan Polusi Udara di Jakarta, DLH Semprotkan 4.000 Liter "Water Mist"
Pemerintah
Menteri LH: Stop Slogan Sampah Berkah, Itu Masalah Besar yang Harus Diselesaikan
Menteri LH: Stop Slogan Sampah Berkah, Itu Masalah Besar yang Harus Diselesaikan
Pemerintah
Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah
Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah
Swasta
Menteri LH Rindukan Langit Biru Jakarta Seperti saat Covid-19
Menteri LH Rindukan Langit Biru Jakarta Seperti saat Covid-19
Pemerintah
Survei Tunjukkan Pembeli Korporat akan Pilih Pemasok Berkelanjutan
Survei Tunjukkan Pembeli Korporat akan Pilih Pemasok Berkelanjutan
Swasta
Ditunjuk Jadi Wamenhut, Rohmat Marzuki Akui Belum Ada Pesan Khusus Presiden
Ditunjuk Jadi Wamenhut, Rohmat Marzuki Akui Belum Ada Pesan Khusus Presiden
Pemerintah
Gantikan Sulaiman Umar, Rohmat Marzuki Resmi Jabat Wakil Menteri Kehutanan
Gantikan Sulaiman Umar, Rohmat Marzuki Resmi Jabat Wakil Menteri Kehutanan
Pemerintah
Stop Lagi Ekspor Benih Lobster, Indonesia Tak Mau Jadi Pemasok Murah
Stop Lagi Ekspor Benih Lobster, Indonesia Tak Mau Jadi Pemasok Murah
Pemerintah
Karhutla, KLH Awasi Praktik 38 Perusahaan
Karhutla, KLH Awasi Praktik 38 Perusahaan
Pemerintah
UMKM di Tanjakan Curam, Harus Naik Kelas Sekaligus Pangkas Emisi
UMKM di Tanjakan Curam, Harus Naik Kelas Sekaligus Pangkas Emisi
Pemerintah
Kementan: Sapi Merah Putih Turunan Friesian Holstein, Ada 80 Ekor
Kementan: Sapi Merah Putih Turunan Friesian Holstein, Ada 80 Ekor
Pemerintah
Thailand Niat Kembangkan Startup Teknologi Pertanian, Jadikan Indonesia Pasar Utama
Thailand Niat Kembangkan Startup Teknologi Pertanian, Jadikan Indonesia Pasar Utama
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau