KOMPAS.com - Norwegia baru saja mencetak sejarah dalam upaya mitigasi iklim.
Fasilitas penyimpanan karbon komersial berskala besar pertama di dunia yang berada di negara tersebut kini telah beroperasi sepenuhnya, dan mulai menyimpan CO2 jauh di bawah dasar Laut Utara.
Berbeda dengan proyek uji coba sebelumnya, sistem penyimpanan tersebut dirancang untuk berfungsi secara masif dan menyimpan emisi secara permanen dalam jangka waktu yang sangat panjang.
Proyek tersebut, yang disebut Northern Lights, telah berhasil menyimpan volume CO2 yang pertama hampir 2.600 meter di bawah tanah.
Fasilitas ini dirancang untuk menangkap polusi karbon dari industri dan memindahkannya dari atmosfer untuk selamanya.
Melansir Happy Eco News, Senin (6/10/2025), mekanisme kerjanya, CO2 ditangkap dari pabrik semen di Norwegia, kemudian diangkut menggunakan kapal menuju terminal di pesisir.
Baca juga: Indonesia Disebut Berpeluang Pasarkan Jasa Penyimpanan Karbon ke Luar Negeri
Setelah itu, gas tersebut dipompa melalui sistem pipa 100 km sebelum disuntikkan ke dalam reservoar Aurora yakni sebuah formasi geologi di bawah laut.
Lapisan-lapisan batuan di atasnya berfungsi sebagai penyekat alami, memastikan gas tersebut tersimpan aman selama ribuan tahun.
Di tahap awal, Northern Lights akan menyimpan 1.5 juta metrik ton CO2 per tahun. Kapasitas ini setara dengan meniadakan emisi dari sekitar 750.000 mobil setiap tahun. Proyek ini ditargetkan untuk meningkatkan kapasitas hingga melampaui 5 juta ton pada tahun 2028.
Proyek ini sendiri merupakan kemitraan antara Equinor, Shell, dan TotalEnergies, yang mendapat sokongan besar dari pemerintah.
Keunikan proyek ini adalah operasinya yang terbuka. Artinya tidak hanya mengurus emisi Norwegia, tetapi juga menawarkan layanan penyimpanan CO2 bagi industri-industri dari negara Eropa lainnya. Denmark dan Belanda menjadi negara pertama yang memanfaatkan layanan ini.
Meskipun penyimpanan karbon telah menjadi wacana selama puluhan tahun, Northern Lights adalah proyek pertama yang beroperasi pada skala komersial.
Saat ini, kapasitas awal fasilitas telah dipesan habis dan proyek perluasan sudah mulai dikerjakan.
Kendati demikian, isu biaya dan keamanan masih menjadi perhatian utama. Risiko yang dikhawatirkan adalah kemungkinan kebocoran, meski penelitian mengindikasikan reservoar Aurora sangat aman. Sistem pemantauan terus-menerus akan digunakan untuk mengawasi CO2 di bawah tanah, didukung regulasi lingkungan yang ketat.
Secara finansial, proses penyimpanan ini meningkatkan biaya operasional industri sebesar 20 hingga 80 dolar AS per ton CO2. Untuk industri yang sulit mencari alternatif pengurangan emisi, seperti produksi semen (penyumbang 8 persen emisi dunia), biaya ini sudah dianggap sebagai harga yang harus dibayar.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya