Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Dugong Terlihat di Perairan Alor, Konservasi Berbasis Masyarakat Jadi Kunci

Kompas.com, 10 Oktober 2025, 19:17 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bayi dugong terekam kamera tengah bermain bersama dugong jantan bernama Mawar dan dugong betina, Melati, yang hidup di perairan Pantai Mali, Alor, Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan keterangan anggota Forum Komunikasi Nelayan Kabola, Engky Bain, bayi dugong tersebut berenang bersama Mawar serta Melati.

Dalam rekaman video, Mawar tampak menggendong bayi dugong di punggungnya lalu berenang kembali bersama satu dugong dewasa lainnya.

“Saya sudah sempat melihat bayi dugong itu, namun seringnya dia dan dugong Melati menghindari kapal, tidak seperti Mawar," kata Ketua Forum Komunikasi Nelayan Kabola, Onesimus La’a, dalam keterangannya, Jumat (10/10/2025).

Baca juga: Riset Ungkap Dugong Berperan Jaga Keseimbangan Iklim

Menurut dia, Mawar memang kerap berada di padang lamun Pantai Mali lantaran melimpahnya sumber makanan. One memperkirakan, ekosistem lamun cukup sebagai habitat ketiga dugong.

"Kalau perlu dilakukan rehabilitasi lamun, kelompok kami siap membantu,” tutur dia.

Sementara itu, Koordinator Nasional Program Spesies Laut Dilindungi dan Terancam Punah Yayasan WWF-Indonesia, Ranny R Yuneni, menjelaskan kehadiran dua individu dugong selain Mawar mengartikan padang lamun di Pantai Mali berkualitas. Pihaknya lantas berencana memantau populasi dugong, lumba-lumba, dan paus di perairan Alor pada tahun ini.

"Survei ini akan memperkuat dasar ilmiah pengelolaan habitat mamalia laut di Alor, dengan mengaitkan data populasi dan perilaku dugong serta mamalia laut lainnya dengan kondisi padang lamun sebagai habitat utamanya," ungkap Ranny.

Adapun WWF Indonesia bersama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelola Taman Perairan Kepulauan Alor dan Laut Sekitarnya telah berupaya melakukan konservasi lamun di Alor. Pada tahun lalu, survei awal dilakukan untuk mendukung program rehabilitasi lamun di Pantai Mali.

Hasilnya menunjukkan, kondisi padang lamun termasuk dalam kategori padat hingga sangat padat dengan tutupan 73–76 persen. Ranny mencatat, delapan jenis lamun dari dua famili teramati termasuk jenis makanan favorit Mawar, Halophila ovalis.

Di sisi lain, ia menyoroti aktivitas wisata di lokasi ini harus diimbangi dengan penerapan kode etik wisata dugong secara ketat.

Baca juga: Ekowisata Lumba-lumba Bisa Untungkan Warga, tapi Perlu Rambu-rambu

“Keseimbangan antara konservasi dan pariwisata menjadi kunci. Wisata berbasis konservasi harus memastikan bahwa interaksi dengan dugong tetap aman, berjarak, dan tidak mengubah pola makan atau migrasinya," ujar Ranny.

"Termasuk pengaturan jumlah kapal, kecepatan, serta etika pengamatan harus diterapkan dengan disiplin,” imbuh dia.

Hewan Dilindungi

Direktur Konservasi Spesies dan Genetik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sarmintohadi, menyampaikan dugong adalah biota perairan dilindungi nasional dengan status vulnerable atau berisiko tinggi terancam punah menurut daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). 

"KKP terus berkomitmen untuk memperkuat konservasi dugong melalui pengelolaan kawasan konservasi perairan, pemantauan populasi dan pengawasan, serta peningkatan kesadaran masyarakat," ucap Sarmintohadi.

Kemunculan bayi dugong ini menjadi simbol keberhasilan konservasi berbasis masyarakat di Alor. Artinya, manusia dan satwa laut dapat hidup berdampingan secara harmonis jika habitatnya terjaga.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau