Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Dunia Ungkap, Biochar Bisa Jadikan Pengomposan Lebih Hijau

Kompas.com, 11 Oktober 2025, 17:38 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Sebuah studi global telah menemukan bahwa penambahan biochar ke dalam pengomposan limbah organik dapat secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca yang kuat.

Temuan ini membuka peluang besar untuk mewujudkan daur ulang limbah yang lebih lestari sekaligus mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.

Kesimpulan tersebut didapat setelah peneliti dari Nanjing Agricultural University dan Sichuan University of Arts and Science menganalisis data dari 123 studi yang telah dipublikasikan, yang meliputi lebih dari 1.000 eksperimen pengomposan di seluruh dunia.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nitrogen Cycling, mengungkapkan bahwa penambahan biochar mampu mengurangi emisi metana rata-rata sebesar 54 persen, menurunkan dinitrogen oksida sebesar 50 persen, dan amonia sebesar 36 persen, namun tidak menunjukkan efek signifikan pada pelepasan karbon dioksida.

"Biochar berfungsi seperti spons yang sangat efektif yang memperbaiki sirkulasi udara, menyerap gas-gas berbahaya, dan mengikat nutrisi. Dampaknya, proses pengomposan menjadi lebih ramah lingkungan dan kompos yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang lebih baik," terang Jingfan Xu, penulis utama studi, dikutip dari Phys, Jumat (10/10/2025).

Baca juga: Biochar dari Limbah Manusia Dapat Atasi Kelangkaan Pupuk Global

Biochar merupakan bahan yang kaya akan karbon yang dibuat melalui proses pemanasan bahan organik seperti sisa panen atau kayu dalam lingkungan yang minim oksigen.

Saat dicampurkan ke dalam kompos, biochar bekerja dengan memodifikasi kerja mikroba, memperbaiki sirkulasi oksigen, dan menyerap senyawa nitrogen yang mudah bereaksi. Jika tidak diserap, senyawa nitrogen ini akan terlepas ke udara sebagai gas amonia atau dinitrogen oksida.

Penelitian ini menjadi yang pertama kalinya melakukan perbandingan secara terukur mengenai seberapa besar pengaruh variasi kondisi pengomposan dan jenis biochar yang berbeda terhadap tingkat pelepasan gas-gas emisi tersebut.

Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa takaran penambahan biochar adalah faktor penentu. Untuk mencapai pengurangan emisi metana, dinitrogen oksida, dan amonia yang paling optimal, dosis biochar harus berada di kisaran 10 persen hingga 20 persen dari total berat kering bahan kompos.

Akan tetapi, efektivitas biochar akan berkurang jika dosisnya kurang atau berlebihan.

Baca juga: Di Lampung, Maggot Mampu Kurangi Sampah Organik hingga 1 Ton

Selain dosis, faktor kualitas fisik dan kimia kompos juga menjadi penentu. Kinerja biochar paling optimal dicapai ketika kompos memiliki pH yang netral hingga sedikit basa (sekitar 7,5 hingga 8,5), tingkat kelembaban yang sedang (55 persen–65 persen), dan konduktivitas listrik yang rendah.

"Dengan mengatur kondisi pengomposan secara presisi, kita dapat menjadikan daur ulang limbah organik jauh lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Analisis yang kami lakukan ini menyajikan panduan aplikatif bagi petani dan pengelola limbah untuk mengoptimalkan keuntungan lingkungan yang ditawarkan oleh biochar," tambah Professor Zhengqin Xiong, penulis senior dalam riset ini.

Kompos yang diperkaya biochar tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga efektif dalam menghemat kandungan nitrogen, menyeimbangkan tingkat pH, dan mempertahankan karbon dalam hasil kompos akhir.

Keseluruhan temuan ini mengisyaratkan bahwa penggunaan biochar dalam proses pembuatan kompos berpotensi besar untuk meningkatkan keberlanjutan dalam aspek pengelolaan sampah dan juga pertanian.

Baca juga: Pulihkan Kondisi Tanah dan Tekan Emisi, PUM Tawarkan Pengolahan Sekam Jadi Biochar

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau