Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabar Baik, Populasi Penyu Hijau Dunia Naik 28 Persen

Kompas.com, 13 Oktober 2025, 16:36 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengumumkan status penyu hijau (Chelonia mydas) di Daftar Merah kini telah membaik dari 'Terancam Punah' menjadi 'Risiko Rendah' berkat upaya konservasi yang berkelanjutan.

IUCN menegaskan bahwa penyu hijau merupakan 'spesies kunci' yang esensial bagi ekosistem laut tropis, terutama di kawasan terumbu karang dan padang lamun.

Selain itu, penyu ini memiliki nilai penting yang mendalam secara spiritual, budaya, kuliner, dan rekreasi bagi manusia di berbagai belahan dunia.

IUCN melaporkan bahwa penyu hijau hidup di perairan tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia. Populasinya diperkirakan bertambah hampir 28 persen sejak dekade 1970.

Melansir Down to Earth, Sabtu (11/10/2025) upaya konservasi telah difokuskan pada perlindungan induk betina yang bersarang dan telurnya di pantai.

Baca juga: Terobosan Investigasi: Pakai AI untuk Bongkar Perdagangan Satwa Liar Global

Upaya ini memperluas inisiatif berbasis komunitas untuk mengurangi pengambilan penyu dan telurnya untuk konsumsi manusia , membatasi perdagangan, dan menggunakan Turtle Excluder Devices (TED) serta langkah-langkah lain untuk mengurangi penangkapan penyu secara tidak sengaja dalam alat tangkap ikan.

Bahkan upaya di Pulau Ascension, Brasil, Meksiko, dan Hawai sangat berhasil, dengan beberapa subpopulasi pulih hingga mendekati tingkat sebelum eksploitasi komersial.

Walaupun secara global populasi penyu hijau telah membaik, jumlahnya tetap jauh di bawah tingkat populasi yang ada sebelum era kolonialisasi Eropa. Periode kolonialisasi tersebutlah yang memicu eksploitasi dan perdagangan penyu secara masif dan merusak di berbagai belahan dunia.

IUCN mencatat ada beberapa hal yang menyebabkan kematian penyu hijau yang signifikan. Beberapa di antaranya adalah penangkapan penyu dan telur secara langsung, komersial, dan bukan untuk subsistensi, penangkapan tidak sengaja oleh perikanan, serta pembangunan pesisir dan laut tidak berkelanjutan yang menghancurkan habitat penyu yang vital.

Ancaman terhadap penyu hijau semakin diperburuk oleh perubahan iklim yang merusak habitat mereka, termasuk pantai-pantai penting tempat mereka bertelur.

Baca juga: IPB dan Kemenhut Bangun Pusat Bayi Tabung untuk Satwa Liar yang Terancam Punah

Dampak ini paling terlihat pada subpopulasi di Pasifik Barat Daya, kawasan yang menjadi lokasi peneluran massal terbesar di dunia. Penurunan angka penetasan telur selama beberapa tahun terakhir di sana telah menjadi isu yang sangat mengkhawatirkan.

"Peningkatan populasi penyu hijau di seluruh dunia yang terus berlanjut adalah bukti kuat dari keberhasilan konservasi global yang terencana dan dilaksanakan selama puluhan tahun. Upaya ini mampu menstabilkan, bahkan memulihkan, populasi spesies laut yang memiliki rentang hidup panjang," kata Roderic Mast, Wakil Ketua Marine Turtle Specialist Group IUCN.

"Strategi konservasi harus diarahkan tidak hanya pada penyu itu sendiri, tetapi juga pada pemeliharaan kesehatan habitat dan keutuhan fungsi ekologisnya. Penyu laut tidak bisa bertahan tanpa ekosistem laut dan pesisir yang sehat, dan pada dasarnya manusia juga tidak bisa. Oleh karena itu, upaya konservasi yang konsisten dan berkelanjutan adalah kunci untuk menjamin pemulihan populasi ini dapat bertahan lama," tambahnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LSM/Figur
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Pemerintah
Uni Eropa Tindak Tegas 'Greenwashing' Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Uni Eropa Tindak Tegas "Greenwashing" Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Pemerintah
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Pemerintah
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Pemerintah
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Pemerintah
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
Pemerintah
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau