Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?

Kompas.com, 3 November 2025, 19:16 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan menemukan bahwa perubahan iklim dapat mengganggu kualitas tidur Anda.

Hal ini disebabkan oleh malam yang lebih panas akibat krisis iklim yang dapat membuat apnea tidur menjadi lebih umum.

Orang dengan apnea tidur sering mendengkur keras, napas mereka tersengal-sengal di malam hari, dan mereka mungkin terbangun beberapa kali.

Hal ini tidak hanya menyebabkan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari, tetapi juga dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.

Melansir Independent, Sabtu (1/11/2025) dalam studinya, peneliti di Australia menemukan bahwa selama gelombang panas, jumlah orang yang menderita apnea tidur obstruktif (OSA) meningkat.

Baca juga: Studi: Pembakaran Bahan Bakar Fosil Ancam Kesehatan 1,6 Miliar Orang

“Selama gelombang panas musim panas, apnea tidur obstruktif menjadi lebih umum dan lebih parah. OSA sekarang harus dipertimbangkan bersama penyakit kronis lainnya yang diperburuk oleh perubahan iklim," kata penulis studi, Dr. Lucía Pinilla dari Universitas Flinders.

"Gelombang panas tidak hanya tidak nyaman, tetapi juga dapat secara langsung memengaruhi cara kita bernapas dan tidur,” paparnya lagi.

Kesimpulan tersebut didapat setelah peneliti di Adelaide Institute for Sleep Health di Universitas Flinders, Australia, menganalisis data 67.558 orang di 17 negara Eropa dan sebagian besar pesertanya adalah laki-laki dan berusia rata-rata 52 tahun.

Hasil yang dipublikasikan dalam European Respiratory Journal menemukan bahwa risiko orang yang menderita OSA sedang hingga berat meningkat sebesar 13 persen pada puncak gelombang panas.

Mereka juga menemukan bahwa untuk setiap kenaikan suhu malam hari sebesar 1 derajat C selama gelombang panas, prevalensi OSA sedang hingga berat juga meningkat sekitar 1 persen. Risikonya bahkan lebih tinggi ketika kelembapan juga tinggi.

“Dampak ini kemungkinan serupa di belahan dunia lain dan mungkin lebih terasa di wilayah dengan iklim yang lebih panas atau gelombang panas yang lebih sering,” kata Dr. Pinilla.

Baca juga: Tak Cuma Rusak Lingkungan, Panas Ekstrem Berdampak pada Kesehatan Emosi Kita

“Namun, faktor-faktor seperti kualitas perumahan dan akses ke AC dapat memengaruhi tingkat keparahan dampaknya,” tuturnya lagi.

Tim kini berencana untuk menyelidiki bagaimana malam yang panas memengaruhi pernapasan saat tidur, mengapa OSA memburuk, dan apakah strategi pendinginan atau perubahan perilaku dapat membantu mengurangi dampaknya.

Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa peningkatan suhu dapat meningkatkan serangan jantung, bunuh diri, dan kecelakaan.

Studi tahun 2022, yang diterbitkan dalam jurnal One Earth juga pernah mengungkapkan bahwa rata-rata penduduk dunia sudah kehilangan 44 jam tidur per tahun, dengan perempuan dan lansia menjadi yang paling terdampak.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LSM/Figur
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Pemerintah
Uni Eropa Tindak Tegas 'Greenwashing' Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Uni Eropa Tindak Tegas "Greenwashing" Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Pemerintah
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Pemerintah
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Pemerintah
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Pemerintah
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
Pemerintah
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau