Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050

Kompas.com, 3 November 2025, 18:42 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber ESG Today

KOMPAS.com - Inisiatif Net Zero Asset Managers (NZAM) mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan operasinya setelah sempat berhenti pada awal 2025 untuk beradaptasi dengan lingkungan politik dan regulasi yang berubah dengan cepat.

Sebagai informasi NZAM merupakan sekelompok manajer investasi dengan aset bernilai multi triliun dolar. Mereka berkomitmen mendukung target global nol bersih emisi gas rumah kaca.

Meski mengumumkan kembali, NZAM juga mengungkapkan serangkaian perubahan pada persyaratan komitmen yang harus dipatuhi oleh anggota.

Perubahan paling penting adalah menghapus referensi kewajiban untuk berinvestasi sejalan dengan tujuan mencapai nol bersih pada 2050.

Sebelumnya, anggota NZAM diwajibkan untuk menyelaraskan portofolio investasi mereka dengan target global untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.

Baca juga: Transisi Energi Inkonsisten, Komitmen Iklim Indonesia Dipertanyakan

Melansir ESG Today, Kamis (30/10/2025) penghapusan ini memberikan fleksibilitas yang jauh lebih besar kepada manajer investasi mengenai bagaimana dan kapan mereka harus mencapai target iklim, tetapi secara substansial melemahkan komitmen iklim kelompok tersebut.

NZAM diluncurkan pada Desember 2020 yang dimulai dengan 30 manajer aset yang mengelola aset senilai 9 triliun dolar (AUM).

Dalam waktu sekitar empat tahun, koalisi berkembang pesat dengan mencakup lebih dari 325 penanda tangan dan total aset yang dikelola melebihi 57 triliun dolar.

Semua anggota bergabung karena mereka menyetujui serangkaian komitmen yang bertujuan mendukung target global yang diselaraskan secara ilmiah, yaitu emisi gas rumah kaca (GRK) nol bersih pada tahun 2050.

Komitmen NZAM yang lama sangat luas, terukur, dan mengikat secara operasional. Komitmen ini mewajibkan para penanda tangan untuk tidak hanya berbicara tentang nol bersih, tetapi juga mengintegrasikannya ke dalam setiap aspek strategi investasi, keterlibatan perusahaan, dan hubungan klien.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, partisipan layanan keuangan dalam kelompok yang berfokus pada iklim, seperti NZAM dan koalisi kembarnya, Net-Zero Banking Alliance (NZBA), mulai menghadapi tekanan yang meningkat dari gerakan anti-ESG yang vokal oleh politisi Republik di AS.

Tekanan ini meningkat secara signifikan setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden. Hal ini menyebabkan Koalisi NZAM melemahkan komitmen intinya dan Koalisi NZBA bubar.

Lebih lanjut, dalam pembaruan barunya, NZAM mengatakan bahwa mereka telah membagikan Pernyataan Komitmen yang diperbarui kepada para penandatangannya di mana perubahan utamanya adalah menghapus referensi mencapai nol bersih pada 2050.

Baca juga: PBB Sebut Pendanaan Adaptasi Iklim Global Harus Naik 12 Kali Lipat

Meskipun target 2050 yang diwajibkan telah dihapus, anggota NZAM masih harus menetapkan target dekarbonisasi mereka sendiri, namun sifatnya kini menjadi lebih fleksibel.

Anggota juga tetap diharapkan mengimplementasikan strategi pengawasan mereka sendiri serta melaporkan kemajuan mereka setiap tahun.

Dalam pernyataannya, NZAM menyoroti risiko dan peluang signifikan yang dihasilkan dari perubahan iklim dan transisi iklim bagi para investor.

Peluang yang terkait dengan transisi diperkirakan akan tumbuh hingga setinggi 60 triliun dolar AS pada tahun 2050, sementara perusahaan menghadapi hampir 25 triliun dolar AS akibat dampak finansial dari bahaya terkait iklim.

Selanjutnya, sebagai langkah awal setelah mengumumkan perubahan kebijakan dan kembali beroperasi, NZAM mengatakan akan melanjutkan target dekarbonisasi mereka dan memberikan dukungan praktis. Selain itu juga mencantumkan kembali para penandatanganannya di situs web mereka pada Januari 2026.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Polusi Udara dari Kendaraan Diprediksi Picu 1,8 Juta Kematian Dini Pada 2060
Polusi Udara dari Kendaraan Diprediksi Picu 1,8 Juta Kematian Dini Pada 2060
LSM/Figur
KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel Imbas TPA Cipeucang Ditutup
KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel Imbas TPA Cipeucang Ditutup
Pemerintah
Investor Relations Jadi Profesi Masa Depan, Indonesia Perlu Siapkan SDM Kompeten
Investor Relations Jadi Profesi Masa Depan, Indonesia Perlu Siapkan SDM Kompeten
BUMN
Lindungi Pemain Tenis dari Panas Ekstrem, ATP Rilis Aturan Baru
Lindungi Pemain Tenis dari Panas Ekstrem, ATP Rilis Aturan Baru
LSM/Figur
IEA: 60 Persen Perusahaan Global Kekurangan 'Tenaga Kerja Hijau'
IEA: 60 Persen Perusahaan Global Kekurangan "Tenaga Kerja Hijau"
Pemerintah
Pertamina Andalkan Strategi Migas Tetap Jalan, Geothermal Jadi Masa Depan
Pertamina Andalkan Strategi Migas Tetap Jalan, Geothermal Jadi Masa Depan
BUMN
ASRI Awards, Penghargaan bagi Siswa hingga Sekolah lewat Inovasi Keberlanjutan
ASRI Awards, Penghargaan bagi Siswa hingga Sekolah lewat Inovasi Keberlanjutan
Swasta
Pelindo Terminal Petikemas Terapkan Teknologi Terumbu Buatan di Karimunjawa
Pelindo Terminal Petikemas Terapkan Teknologi Terumbu Buatan di Karimunjawa
BUMN
Teknologi Satelit Ungkap Sumber Emisi Metana dari Minyak, Gas, dan Batu Bara Global
Teknologi Satelit Ungkap Sumber Emisi Metana dari Minyak, Gas, dan Batu Bara Global
LSM/Figur
Sinarmas Land dan Waste4Change Resmikan Rumah Pemulihan Material di Tangerang
Sinarmas Land dan Waste4Change Resmikan Rumah Pemulihan Material di Tangerang
Swasta
Transisi EV Bisa Cegah 700.000 Kematian Dini, tapi Tren Pemakaian Masih Rendah
Transisi EV Bisa Cegah 700.000 Kematian Dini, tapi Tren Pemakaian Masih Rendah
LSM/Figur
Google Rilis Panduan untuk Bantu Laporan Keberlanjutan dengan AI
Google Rilis Panduan untuk Bantu Laporan Keberlanjutan dengan AI
Swasta
Indonesia Tak Impor Beras, Pemerintah Dinilai Perlu Waspadai Harga dan Stok
Indonesia Tak Impor Beras, Pemerintah Dinilai Perlu Waspadai Harga dan Stok
LSM/Figur
Walhi Kritik Usulan Presiden Prabowo Ekspansi Sawit dan Tebu di Papua
Walhi Kritik Usulan Presiden Prabowo Ekspansi Sawit dan Tebu di Papua
Pemerintah
Greenpeace Sebut Banjir Sumatera akibat Deforestasi dan Krisis Iklim
Greenpeace Sebut Banjir Sumatera akibat Deforestasi dan Krisis Iklim
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau