Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon

Kompas.com, 3 November 2025, 16:06 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kalkulator jejak karbon yang selama ini digunakan masyarakat untuk menghitung dampak emisi penerbangan ternyata bisa menyesatkan.

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa angka emisi penerbangan sebenarnya dapat mencapai beberapa kali lipat lebih tinggi dibandingkan hasil yang ditampilkan oleh kalkulator karbon yang umum digunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Jhuma Sadhukhan dari Universitas Surrey, Inggris, bersama timnya, menemukan perbedaan signifikan setelah membandingkan empat kalkulator CO? populer dengan model baru yang mereka kembangkan sendiri.

Baca juga: Pemanfaatan Teknologi CCS Justru Berisiko Tingkatkan Emisi Karbon

Sebagai contoh, untuk penerbangan dari Singapura ke Zurich, kalkulator penerbangan milik Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) dan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan emisi sekitar 3.000 kilogram CO?.

Sementara itu Google Travel Impact Model (TIM) memperkirakan emisi sebesar 5.000 kilogram, dan MyClimate menampilkan sekitar 8.000 kilogram.

Namun, kalkulator baru buatan tim Universitas Surrey yang disebut Air Travel Passenger Dynamic Emissions Calculator (ATP-DEC) memperkirakan angka sebenarnya mencapai lebih dari 14.000 kilogram CO?, atau hampir tiga kali lipat lebih besar dari estimasi tertinggi sebelumnya.

Melansir New Scientist, Jumat (31/10/2025), kalkulator ATP-DEC memiliki dua perbedaan utama dibandingkan model lain.

Pertama, kalkulator ini menggunakan data penerbangan nyata untuk memperkirakan rute, waktu tempuh, durasi meluncur, serta tingkat keterisian pesawat, bukan sekadar asumsi rute ideal.

Kedua, ATP-DEC memperhitungkan seluruh faktor iklim non-CO?, seperti jejak kondensasi (contrails), nitrogen oksida, dan uap air, yang diketahui dapat memperkuat efek pemanasan global.

Sadhukhan menjelaskan bahwa model ini bersifat dinamis, karena terus diperbarui dengan data penerbangan terbaru. Misalnya, perubahan rute akibat perang Rusia–Ukraina kini telah memengaruhi jarak tempuh penerbangan, namun belum diperhitungkan oleh sebagian besar kalkulator karbon lain.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Meningkat, Australia Komitmen Pangkas Emisi Karbon 62 Persen

Rekan peneliti dari Universitas Surrey, Eduard Goean, menambahkan bahwa pihaknya berencana membuka akses publik terhadap kalkulator baru ini serta mengembangkan aplikasi seluler yang dijadwalkan rilis awal tahun depan.

Keterbatasan

Sementara itu, sejumlah penyedia kalkulator penerbangan mengakui adanya keterbatasan dalam metode mereka.

ICAO menyebut kalkulator mereka memang tidak memperhitungkan efek iklim non-CO?, karena belum ada konsensus ilmiah mengenai penggunaan Radiative Forcing Index (RFI), atau indikator yang menilai dampak emisi seperti contrails dan nitrogen oksida terhadap pemanasan global.

Menanggapi temuan ini, Kai Landwehr dari MyClimate mengatakan pihaknya akan meninjau ulang metode perhitungan yang digunakan.

Baca juga: Terapkan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan, BCA Expo 2025 Pangkas Emisi Karbon 18,1 Ton

“Kami berencana memperbarui kalkulator kami dalam beberapa bulan mendatang dan menggabungkan praktik terbaik serta pengetahuan terbaru yang disorot dalam studi ini,” ujarnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LKC Dompet Dhuafa Gelar Seminar untuk Optimalkan Bahan Pangan Lokal Jadi MPASI
LSM/Figur
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Ironi, Studi Ungkap Situs Web Konferensi Iklim Lebih Berpolusi
Pemerintah
Uni Eropa Tindak Tegas 'Greenwashing' Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Uni Eropa Tindak Tegas "Greenwashing" Maskapai yang Tebar Janji Keberlanjutan
Pemerintah
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Kemenhut Godok 4 Regulasi Baru untuk Dongkrak Pasar Karbon Internasional
Pemerintah
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Energi Terbarukan Global Meningkat Tiga Kali Lipat, China Memimpin
Pemerintah
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Proyek Konservasi Dunia Diam-diam Gagal, Target Alam Global Terancam
Pemerintah
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
40 Saksi Diperiksa dalam Kasus Kontaminasi Cesium-137 di Cikande
Pemerintah
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Kemenhut Ungkap Tersangka Penambang Batu Bara Ilegal Bukit Soeharto di IKN
Pemerintah
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
2 Ekor Pesut Mahakam Mati Diduga karena Lonjakan Aktivitas Tongkang Batu Bara
LSM/Figur
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
KLH Akui Belum Tahu Asal Muasal Radioaktif yang Kontaminasi Cengkih Ekspor
Pemerintah
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Jayapura Tetapkan Perda Perlindungan Danau Sentani, Komitmen Jaga Alam Papua
Pemerintah
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
Indonesia Masih Nyaman dengan Batu Bara, Transisi Energi Banyak Retorikanya
LSM/Figur
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
KLH: Cengkih Ekspor Asal Lampung Terkontaminasi Radioaktif dari Pemakaman
Pemerintah
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
PR Besar Temukan Cara Aman Buang Limbah Nuklir, Iodin-129 Bisa Bertahan 15 Juta Tahun
LSM/Figur
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
WVI Luncurkan WASH BP 2.0, Strategi 5 Tahun Percepat Akses Air dan Sanitasi Aman
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau