KOMPAS.com - Program Lingkungan PBB (UNEP) dan para mitra meluncurkan sebuah inisiatif baru untuk memotong setengah limbah makanan pada tahun 2030 dan mengurangi hingga tujuh persen emisi metana sebagai bagian dari upaya untuk memperlambat perubahan iklim.
Inisiatif baru yang disebut Food Waste Breakthrough ini diluncurkan di COP30 di Belem, Brasil, Sabtu (15/11/2025).
Inisiatif tersebut merupakan Solusi Iklim 2030 di bawah Kemitraan Marrakech untuk Aksi Iklim Global (Marrakech Partnership for Global Climate Action) untuk menyatukan pemerintah, kota, dan masyarakat sipil untuk bertindak mengatasi isu yang menyentuh inti dari kelaparan global dan perubahan iklim.
Melansir Eco Business, dunia membuang lebih dari satu miliar ton makanan setiap tahun, menyumbang hingga 10 persen dari emisi gas rumah kaca global.
Makanan sendiri menyumbang hingga 14 persen dari emisi metana. Itu merupakan polutan iklim berumur pendek yang 84 kali lebih kuat dalam menghangatkan atmosfer daripada karbon dioksida selama 20 tahun.
Baca juga: Pajak Makanan, Solusi Ganda Selamatkan Nyawa Sekaligus Iklim
Dengan kontribusi terhadap kerugian finansial sebesar 1 triliun dolar AS per tahun, mengurangi sampah makanan menawarkan salah satu solusi paling hemat biaya, terukur, dan berdampak tinggi untuk mengatasi perubahan iklim dan kelaparan, terutama di perkotaan.
“Dunia membuang makanan dalam jumlah yang sangat banyak setiap tahun, di setiap negara, kaya maupun miskin,” kata Inger Andersen, Direktur Eksekutif UNEP.
Itu mengapa mengurangi sampah makanan merupakan kunci untuk mengatasi kelaparan sekaligus mengurangi emisi metana dari tempat pembuangan sampah.
Ini juga merupakan tindakan tegas untuk menurunkan suhu global, menghemat uang dan mengatasi kerawanan pangan secara bersamaan.
"Food Waste Breakthrough adalah inisiatif yang kita butuhkan untuk mengendalikan perubahan iklim dan menyimpan makanan bergizi bagi mereka yang membutuhkannya," ungkap Inger lagi.
Lebih lanjut, jika emisi metana tidak ditangani, dampaknya dapat meningkat dua kali lipat pada 2050 sehingga mengancam iklim dan ketahanan pangan kita.
Baca juga: Industri Makanan Gagal Penuhi Komitmen Dasar Kemasan Berkelanjutan
Namun dengan menyatukan pemerintah, kota, bisnis, dan komunitas di seluruh dunia untuk mengurangi separuh sampah makanan pada 2030 dan mencegah makanan berakhir di tempat pembuangan akhir, metana dapat dikurangi, kekurangan pangan dan sampah juga akan jadi sejarah.
UNEP akan meluncurkan proyek global senilai 3 juta dolar AS selama empat tahun untuk mengimplementasikan target Food Waste Breakthrough.
Proyek ini akan mempercepat pencegahan limbah makanan dan mitigasi metana dengan mengadaptasi dan meningkatkan skala solusi yang telah terbukti di tingkat nasional dan sub-nasional di negara-negara berkembang, serta mendorong kolaborasi global dalam topik ini.
“Menangani limbah makanan melalui pencegahan dan perubahan perilaku tidak hanya menjanjikan aksi iklim yang hemat biaya, tetapi juga mendukung konsumsi berkelanjutan,” ujar Carlos Manuel Rodríguez, CEO dan Ketua Global Environment Facility.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
Fitur Apresiasi Spesial dari pembaca untuk berkontribusi langsung untuk Jurnalisme Jernih KOMPAS.com melalui donasi.
Pesan apresiasi dari kamu akan dipublikasikan di dalam kolom komentar bersama jumlah donasi atas nama akun kamu.