KOMPAS.com - Pengembangan taman bumi (geopark) bisa menjadi strategi inovatif untuk memperkuat daya dukung lingkungan.
Adapun geopark adalah kawasan geografis terpadu dengan warisan geologi dan budaya bernilai tinggi yang melindungi keanekaragaman hayati. Pengembangan geopark dapat dilakukan melalui geowisata yang berkelanjutan sehingga bisa mengembangkan perekonomian tanpa merusak alam.
Baca juga:
Indonesia berpeluang jadi negara dengan geopark terbanyak di dunia. Pengembangan geopark dinilai bisa memperkuat ekonomi dan perlindungan alam.
Pengembangan geopark dengan pendekatan pariwisata akan diarahkan untuk mengedepankan edukasi, memberdayakan masyarakat, serta mencegah terjadinya permasalahan lingkungan yang sering terjadi.
Geopark Raja Ampat yang telah ditetapkan sebagai United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Global Geopark (UGGp) dapat menjadi contoh modelnya.
Saat ini, terdapat 241 UGGp yang tersebar di 51 negara. Indonesia memiliki 12 UGGp, mendudukannya di posisi ketiga terbanyak di dunia atau setara dengan Italia. Indonesia hanya kalah dari China dengan 49 UGGp dan Spanyol 18 UGGp.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Rachmat Pambudy meyakini Indonesia berpotensi menjadi negara dengan UGGp terbanyak di dunia.
"Kalau nanti kita mencatat geopark-geopark yang belum terdaftar, seharinya kita (punya) lebih banyak lagi. Memang ambisi kita sepertinya melampaui angka-angka yang ada. Kalau saja geopark yang terdaftar (hanya) dari (negara-negara di) wilayah tropis maka kita akan nomor satu di dunia," jelas Rachmat dalam webinar, Rabu (4/12/2025).
"Apalagi, kalau nanti kami daftarkan lagi geopark yang belum kita temukan, kita pasti (punya) geopark paling banyak di dunia," tambah dia.
Baca juga: UNESCO Validasi Ulang Status Geopark 2 Gunung di NTB
Pemandangan dari atas mercusuar di Pulau Lengkuas. Indonesia berpeluang jadi negara dengan geopark terbanyak di dunia. Pengembangan geopark dinilai bisa memperkuat ekonomi dan perlindungan alam.Geopark tersebut ternyata tidak hanya warisan alam dan budaya, tapi juga warisan kombinasi antara budaya dan alam, yang sudah seharusnya dijaga.
Di sisi lain, geopark perlu dikembangkan sebagai laboratorium alam terbuka untuk literasi lingkungan dan budaya bagi generasi penerus bangsa. Geopark dapat menjadi aset masa depan yang dinamis bagi Indonesia.
Indonesia mempunyai keragaman geologi yang sangat unik, mengingat letak geografisnya yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik utama (Eurasia di utara, Indo-Australia di selatan, dan Pasifik di timur).
Kondisi tersebut menjadikan Indonesia rawan terhadap gempa bumi, tsunami, serta aktivitas vulkanik.
Namun, kondisi tersebut juga menyebabkan Indonesia memiliki mega keanekaragaman hayati dan potensi geopark yang belum tercatat.
Menurut Rachmat, pengembangan geopark bertumpu pada kolaborasi multipihak antara pemerintah, swasta, dan akademisi dalam mendorong transformasi yang berdampak luas.
Pengembangan geopark membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah dalam penguatan tata kelola, pendanaan, dan sumber daya manusia (SDM).
"Geopark ini ternyata bukan hanya warisan alam, bukan hanya warisan budaya, tetapi juga warisan kombinasi antara budaya dan alam, dan yang seharusnya bukan hanya kita jaga untuk generasi sekarang, tapi juga untuk generasi masa mendatang," tutur Rachmat.
Baca juga: Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pulau Kunti di Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Indonesia berpeluang jadi negara dengan geopark terbanyak di dunia. Pengembangan geopark dinilai bisa memperkuat ekonomi dan perlindungan alam.Kepada perwakilan UNESCO, Rachmat meminta dukungan dalam pengembangan geopark untuk mengurangi dampak bencana akibat ulah manusia.
Ia menggarisbawahi perlunya menyadari bahwa banjir bandang di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat disebabkan ulah manusia, yang berasal dari ketidaktahuan atas urgensi melestarikan alam.
Oleh sebab itu, kata dia, Indonesia akan mendaftarkan lebih banyak geopark baru ke UNESCO untuk meningkatkan upaya kolektif, termasuk pemerintah dan mitra internasional lainnya, dalam melindungi keindahan alam negeri ini.
"Jadi, kita berkumpul di ruangan ini hari ini, kita berbagi komitmen untuk melestarikan geopark Indonesia yang kaya, terutama mengingat situasi terkini (banjir bandang) di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat," ucapnya.
Sebagai informasi, Indonesia memiliki 12 UGGp yaitu Belitong, Ciletuh, Gunung Batur, Gunung Sewu, Kaldera Toba, Maros-Pangkep, Merangin, Raja Ampat, Rinjani Lombok, Ijen, Kebumen, dan Meratus.
Baca juga:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya