KOMPAS.com – Emisi metana (CH4) “tersembunyi” dari tambang batu bara Australia berpotensi memperburuk dampak iklim jangka pendek, meningkatkan jejak karbon industri baja global.
Analisis lembaga riset energi Ember mengungkapkan, emisi gas rumah kaca (GRK) yang tidak dilaporkan tambang batu bara Australia dapat menambah 6–15 persen emisi produsen baja terkemuka, seperti ArcelorMittal, Nippon Steel, dan POSCO. Hal ini terjadi karena perusahaan baja masih mengabaikan metana yang terkandung dalam pasokan batu bara mereka.
Australia, pengekspor batu bara kokas terbesar dunia, diperkirakan mengeluarkan 867 kiloton metana pada 2024, lebih besar daripada gabungan seluruh sektor minyak dan gas negara tersebut. Dengan intensitas 3–5 ton metana per kiloton batu bara, emisi tersembunyi ini bisa menambah 10–17 persen dampak iklim jangka pendek dari produksi baja.
Kurangnya pelaporan emisi membuat produsen baja tidak memiliki gambaran utuh tentang rantai pasokan mereka. Studi Ember terhadap tambang Hail Creek, salah satu yang paling kaya gas, menunjukkan skalanya. Sekitar 4,3 juta ton batu bara dari tambang ini dikirim ke pabrik baja besar sepanjang 2023–2024, menghasilkan emisi yang setara dengan metana dari 283.000 sapi potong dalam setahun.
“Produsen baja tidak dapat lagi mengabaikan dampak iklim dari batu bara yang mereka gunakan,” ujar Direktur Metana Tambang Batu Bara (Perubahan Iklim) Ember, Nishant Bhardwaj dalam keterangan tertulis, Kamis (4/9/2025).
Baca juga: Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Menurut Bhardwaj, lebih dari separuh emisi metana tambang batu bara bisa dicegah dengan teknologi yang sudah ada. Namun, langkah ini hanya mungkin jika pembeli menuntut pemantauan, pelaporan transparan, dan pengurangan emisi dari pemasok.
“Tanpa transparansi di tingkat tambang, rencana dekarbonisasi mereka berisiko dibangun di atas informasi yang tidak lengkap," ucapnya.
Laporan Ember juga menyoroti dominasi tambang batu bara metalurgi dalam daftar penghasil emisi terbesar Australia.
Delapan dari sepuluh tambang dengan produksi gas terbanyak menghasilkan batu bara metalurgi. Tambang-tambang ini menyumbang lebih dari seperlima metana yang dilaporkan, meski hanya menghasilkan 3 persen dari total produksi batu bara nasional. Angka sebenarnya kemungkinan lebih besar karena pelaporan tidak lengkap.
Observatorium Emisi Metana Internasional UNEP menilai, mengatasi metana dari tambang batu bara adalah cara tercepat dan paling hemat biaya untuk menekan jejak sektor baja. Lebih dari separuh emisi ini bisa dipangkas dengan teknologi terjangkau, membuka peluang signifikan untuk pengurangan sebelum 2030.
Produksi baja dengan energi terbarukan tetap menjadi solusi utama menuju nol emisi pada 2050. Namun, tindakan segera mengurangi metana sekarang dianggap penting agar strategi iklim tidak dirusak oleh emisi tersembunyi.
“Penanganan metana tambang batu bara bukanlah alternatif transformasi, melainkan langkah awal yang krusial,” kata Bhardwaj.
Baca juga: Produksi Daging Sapi di Brasil Picu Kenaikan Emisi Metana
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya