KOMPAS.com - Praktik ESG (Environmental, Social, and Governance) tak lagi menjadi sekadar laporan perusahaan di Indonesia.
Investor dinilai makin menaruh perhatian terhadap inisiatif keberlanjutan yang diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, dilansir dari The Star, Jumat (19/12/2025). Beberapa inisiatif tersebut, salah satunya green financing.
Baca juga:
Sektor perbankan disebut menjadi penggerak utama ekonomi hijau. Bank-bank besar di Indonesia tengah memperluas penyaluran kredit berkelanjutan sebagai bagian dari strategi bisnis inti mereka.
Bank Rakyat Indonesia (BRI), misalnya, disebut memimpin dengan pinjaman berkelanjutan lebih dari Rp 800 triliun yang sebagian besar mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Bank Central Asia, Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia juga telah meningkatkan kredit hijau, obligasi keberlanjutan, serta pinjaman terkait keberlanjutan, dikutip dari Know ESG.
Hingga akhir tahun 2024, total pinjaman hijau dalam sistem perbankan Indonesia telah mencapai hampir Rp 2.000 triliun, yang menegaskan bagaimana prinsip-prinsip ESG telah menyatu dalam pengambilan keputusan keuangan.
Baca juga:
Investor di Indonesia dinilai makin memperhatikan praktik ESG. Dari bank hingga energi, keberlanjutan kini memengaruhi keputusan investasi.Di luar sektor perbankan, ESG juga sedang mengubah narasi investasi di sektor properti.
PT Pakuwon Jati Tbk, salah satunya, telah memosisikan keberlanjutan sebagai strategi jangka panjang. Gedung perkantorannya disebut telah memiliki sertifikasi bangunan hijau serta investasi pada panel surya atap.
Sektor telekomunikasi memberikan contoh nyata lainnya. XL Axiata dinilai menunjukkan bahwa efisiensi berbasis ESG dapat mendukung pertumbuhan laba.
Penggunaan tenaga surya, jaringan hemat energi, dan digitalisasi operasional telah membantu perusahaan menekan biaya sekaligus meningkatkan kualitas layanan.
Program-program sosial yang ditujukan untuk inklusi digital semakin memperkuat profil tata kelolanya, menjadikan ESG sebagai faktor pendukung ketangguhan perusahaan, alih-alih sekadar beban kepatuhan.
Di industri hiburan, MD Entertainment dinilai membuktikan bagaimana tata kelola dan tanggung jawab sosial dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Pertumbuhan finansial yang kuat, praktik produksi yang inklusif, dan skor risiko ESG yang rendah telah membantu meningkatkan visibilitasnya di mata investor global, yang tercermin dalam masuknya perusahaan ke dalam indeks-indeks saham serta meningkatnya minat asing.
Namun, tekanan ESG paling terasa di sektor pertambangan dan energi yang kerap dikaitkan dengan emisi tinggi. Holding industri pertambangan BUMN, MIND ID, beserta anak usahanya PT Aneka Tambang Tbk, tengah mendorong dekarbonisasi melalui penggunaan energi terbarukan dan rehabilitasi lahan.
Upaya-upaya ini krusial seiring meningkatnya permintaan global akan "mineral hijau" yang digunakan dalam transisi energi.
Sementara itu, PT Medco Energi Internasional Tbk berusaha memosisikan sebagai perusahaan energi masa depan dengan memperluas proyek-proyek panas bumi dan tenaga surya yang menawarkan pendapatan jangan panjang berbasis kontrak.
Bagi investor, hal tersebut dapat mengurangi kekhawatiran terhadap ketidakpastian harga minyak mentah dunia, sekaligus menyelaraskan portofolio mereka dengan target iklim.
Secara keseluruhan, berbagai perkembangan ini menunjukkan bahwa ESG tengah menjadi faktor penentu dalam cara modal dinilai di Bursa Efek Indonesia.
Baca juga:
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya