Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan

Kompas.com, 11 Desember 2025, 15:35 WIB
Monika Novena,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Panas ekstrem akibat perubahan iklim dan alih fungsi lahan bisa mendorong spesies vertebrata, termasuk amfibi, burung, mamalia, dan reptil, menuju kepunahan, menurut studi baru.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Global Change Biology ini menyebut setidaknya hampir 30.000 spesies bakal terdampak peristiwa panas ekstrem masa depan, berkaitan dengan berbagai skenario batas termal.

Baca juga:

Dalam berbagai skenario terburuk, diperkirakan 8.000 spesies satwa akan menghadapi kondisi yang tidak sesuai di 52 persen wilayah jelajahnya.

"Pada akhir abad ini, hingga 7.895 spesies diperkirakan akan menghadapi peristiwa panas ekstrem dan/atau perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai di seluruh wilayah sebarannya dan dengan demikian berpotensi punah secara global," demikian analisis para peneliti dalam studinya, dikutip dari Down to Earth, Rabu (10/12/2025).

Panas ekstrem dorong 8.000 spesies menuju kepunahan

Amfibi dan reptil paling terdampak

Studi mengungkapkan, panas ekstrem dan alih fungsi lahan bisa membuat 8.000 spesies mendekati kepunahan. Amfibi dan reptil paling rentan.FREEPIK Studi mengungkapkan, panas ekstrem dan alih fungsi lahan bisa membuat 8.000 spesies mendekati kepunahan. Amfibi dan reptil paling rentan.

Peneliti dalam studi ini mempelajari empat skenario iklim termasuk SSP1-RCP2.6 (pemanasan rendah), SSP2-RCP4.5 (skenario jalan tengah), SSP3-RCP7.0 (skenario konflik regional) hingga SSP5-RCP8.5 (pemanasan dan emisi tinggi).

Studi tersebut kemudian menemukan bahwa perubahan iklim dan alih fungsi lahan akan membuat banyak spesies menjadi rentan, terutama untuk amfibi dan reptil pada tahun 2100.

Dalam studi tersebut, sekitar 12,4 persen spesies diprediksi akan terpapar peristiwa panas dalam skenario pemanasan rendah yang berkelanjutan.

Dalam skenario tingkat emisi tinggi, kondisi yang tidak cocok yang didukung oleh peristiwa panas ekstrem dan alih fungsi lahan akan menyebabkan hampir 52,4 persen dari area habitat menjadi tidak terjangkau dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2015.

Baca juga: Panas Ekstrem Ganggu Perkembangan Belajar Anak Usia Dini

Burung, mamalia, dan reptil diperkirakan akan menghadapi penurunan area yang cocok bagi mereka masing-masing sebesar 10 persen, 13 persen, dan 11 persen, dibandingkan dengan area yang cocok pada tahun 2015.

Amfibi juga akan menghadapi paparan serupa, dengan sebanyak 13 penurunan area yang cocok.

Angka tersebut empat hingga enam kali lebih tinggi daripada yang diprediksi di bawah proyeksi iklim global yang buruk.

"Di bawah semua skenario masa depan, amfibi dan reptil diperkirakan akan lebih terpapar pada kondisi yang tidak cocok di seluruh wilayah mereka daripada burung dan mamalia," tulis peneliti.

"Bahkan di bawah skenario paling optimis sekalipun mengenai pemanasan rendah, amfibi dan reptil diperkirakan akan menghadapi kondisi yang tidak cocok, rata-rata, di lebih dari 23 persen dan 13 persen dari wilayah mereka pada tahun 2015," tambah para peneliti.

Hal tersebut terjadi karena gabungan dari peristiwa panas ekstrem dan alih fungsi lahan.

Baca juga: Retno Marsudi: Jumlah Spesies Hewan dan Tumbuhan Danau Turun 85 Persen

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
Pemerintah
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Pemerintah
Pemerintah dan KI Bentuk Tim Pelaksana Budi Daya Udang Berkelanjutan di Banyuwangi
Pemerintah dan KI Bentuk Tim Pelaksana Budi Daya Udang Berkelanjutan di Banyuwangi
Pemerintah
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Pemerintah
Nestapa Gajah Sumatera
Nestapa Gajah Sumatera
Pemerintah
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Pemerintah
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Swasta
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
LSM/Figur
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau