Editor
KOMPAS.com – Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar pelatihan pembuatan nasi steril siap makan di Universitas Syah Kuala, Aceh, Selasa (23/12/2025). Pelatihan ini ditujukan untuk memperkuat kesiapsiagaan pangan dalam penanganan bencana, khususnya di wilayah rawan bencana.
Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama antara IPB dan Universitas Syah Kuala (USK), serta diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari relawan, dosen, teknisi, dan mahasiswa USK.
Selain itu, pelatihan juga dihadiri dosen perguruan tinggi di Banda Aceh serta satuan tugas bencana dari Tsunami Disaster Mitigation Research Center (TDMRC).
Baca juga: Akademisi IPB Sebut Hutan Adat Bisa Tekan Emisi Gas Rumah Kaca dan Krisis Iklim
Pelatihan ini menjadi bagian dari upaya transfer pengetahuan dari IPB kepada relawan dan kalangan akademisi di perguruan tinggi posko bencana. Tujuannya, agar penanganan bencana sekaligus pemulihan kesehatan masyarakat dapat dilakukan lebih cepat dan mandiri.
Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Tjahja Muhandri, mengatakan nasi steril siap makan merupakan solusi pangan yang aman dan praktis untuk situasi darurat.
“Pelatihan pembuatan nasi steril siap makan ini merupakan upaya untuk memastikan ketersediaan pangan yang aman dan praktis di kondisi darurat bencana,” ujar Tjahja.
Nasi steril inovasi IPB dikemas dalam bentuk pouch fleksibel yang tahan panas sehingga mudah dibawa dan didistribusikan ke lokasi terdampak. Produk tersebut juga dapat langsung dikonsumsi tanpa pemanasan, cukup dengan membuka kemasan.
Bahan baku nasi steril disesuaikan dengan ketersediaan di daerah setempat. Variannya pun beragam, mulai dari nasi liwet, nasi goreng, nasi uduk, hingga olahan lain sesuai kondisi lapangan dan selera masyarakat.
Menurut Tjahja, proses produksi nasi steril relatif sederhana dan tidak memerlukan biaya besar, sehingga memungkinkan perguruan tinggi posko bencana memproduksinya secara mandiri.
Baca juga: Dekan FEM IPB Beri Masukan untuk Pembangunan Afrika dengan Manfaatkan Kerja Sama Syariah
“Yang terpenting adalah proses sterilisasi. Prosedur yang dikembangkan oleh Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB harus diikuti secara ketat, mulai dari formula, berat per kemasan, hingga tahapan prosesnya,” kata dia.
Ia menjelaskan, untuk menjaga mutu dan keamanan pangan, nasi steril disegel menggunakan mesin vakum dan disterilkan pada suhu 110 derajat Celsius selama 70 menit. Dengan proses tersebut, nasi steril dapat bertahan lebih dari satu tahun pada suhu ruang.
“Melalui pelatihan ini, kami berharap perguruan tinggi posko bencana dapat menyiapkan diri untuk memproduksi nasi steril secara mandiri dan berkontribusi dalam menjaga ketersediaan pangan di wilayah terdampak bencana,” ujar Tjahja.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya