Editor
JAKARTA, KOMPAS.com – Wahana Visi Indonesia (WVI) memastikan pemenuhan kebutuhan gizi, air bersih, serta dukungan psikososial bagi sekitar 5.000 warga terdampak banjir dan longsor di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Selama hampir tiga pekan masa tanggap bencana sejak akhir November 2025, WVI telah menyalurkan sedikitnya 24.000 liter air bersih dan memasang 130 meter pipa untuk mendukung kebutuhan dasar masyarakat.
Selain itu, WVI membuka dapur Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)/balita yang telah mendistribusikan 2.208 paket makanan bergizi.
Baca juga: 42 Perwakilan Anak Difasilitasi Wahana Visi Beraudiensi dengan Kementerian PPPA dan KPAI
Melihat kondisi di lapangan yang masih membutuhkan pendampingan, WVI memutuskan memperpanjang masa respons tanggap bencana hingga Juni 2026 serta merencanakan perluasan bantuan ke wilayah Aceh.
Technical Sectors Director WVI, Yacobus Runtuwene, mengatakan bencana banjir dan longsor telah melumpuhkan aktivitas masyarakat, terutama anak-anak.
Menurut dia, sebagian besar warga masih tinggal di pengungsian dengan keterbatasan fasilitas, sementara akses transportasi dan distribusi logistik masih menjadi tantangan.
“Mayoritas masyarakat masih berada di pengungsian yang jauh dari layak. Akses transportasi dan logistik juga menyulitkan mereka untuk kembali menjalani aktivitas seperti semula,” ujar Yacobus dalam keterangan tertulis, Senin (23/12/2025).
Selain pemenuhan kebutuhan dasar, WVI juga mengaktifkan Ruang Ramah Anak untuk memberikan dukungan psikososial kepada 1.404 anak terdampak bencana.
Pendampingan dilakukan melalui aktivitas bermain, belajar, serta kegiatan pemulihan trauma. Sebanyak 687 balita juga menerima layanan kesehatan untuk menekan risiko kekurangan gizi.
WVI turut memberikan pendampingan kepada para ibu melalui konseling PMBA agar tetap dapat memberikan ASI kepada bayinya di tengah keterbatasan kondisi pengungsian.
Salah satu intervensi dilakukan pada bayi yang mengalami kesulitan menyusu dengan mengarahkan orang tua memberikan ASI perah menggunakan sendok.
Baca juga: Wahana Visi Indonesia Luncurkan Program Ketahanan Pangan di Asmat
Salah seorang anak penyintas, Nia, mengatakan rumahnya rusak akibat banjir dan longsor sehingga keluarganya harus mengungsi. Meski demikian, ia merasa terbantu dengan ketersediaan makanan, kondisi pengungsian yang relatif bersih, serta aktivitas yang disediakan relawan.
“Di sini banyak teman dan kegiatan. Aku berharap semuanya cepat membaik dan bisa kembali ke rumah,” kata Nia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya