SERANG, KOMPAS.com - PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) mencatatkan 50 tahun berbakti dengan fokus tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) membantu pasien bibir sumbing.
Pada 2023, pelaksanaan operasi untuk pasien bibir sumbing menyertakan kembali lembaga nirlaba internasional Smile Train.
"Hari ulang tahun ke-50, kami lengkapi dengan memberikan lebih banyak dampak positif bagi masyarakat, khususnya anak-anak sebagai pemilik masa depan bangsa," kata Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry Ira Puspadewi, dalam rilis Jumat (14/4/2023).
Ira membeberkan, tahun ini ASDP Ferry Indonesia membantu pembiayaan operasi bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut bagi 100 pasien kurang mampu.
Baca juga: Cussons Bantu Posyandu untuk Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak
Kegiatan pemberian bantuan ini berlangsung di Serang, Provinsi Banten, sebagai wilayah kerja ASDP.
Dari 100 pasien yang dibantu, ada di antara mereka yang tinggal di wilayah Serang.
Sejatinya, kegiatan CSR ASDP tahun ini adalah rentetan sejak 2019, dan sudah membantu 300 pasien dari berbagai provinsi di Indonesia bersama Smile Train.
Dengan aktivitas ini, tak pelak ASDP meraih dua penghargaan prestisius dalam ajang TOP CSR Awards 2022.
ASDP dianggap memiliki konsep yang mengacu pada Improve Communities, SDGs Priority Program, Digitalization System, Giving Help, Sharing Is Caring (ISDGS) yang selaras dengan ISO 26000 SR serta 7 poin dalam SDGs Development Goals.
Bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut memang masih menjadi persoalan kesehatan yang kerap menimpa bayi dan anak-anak di Indonesia.
Hingga saat ini, faktor penyebab sumbing masih belum diketahui secara pasti, sehingga kejadian itu tidak dapat dicegah.
Di samping itu, kerap kali akses terhadap dukungan dan perawatan medis menjadi tantangan utama bagi para pasien untuk memperoleh penanganan medis.
"Dari 700 kelahiran bayi, 1 lahir dalam keadaan bibir sumbing," jelas Country Manager Smile Train Indonesia Deasy Larasati.
Kondisi bibir sumbing, selanjutnya, dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan, seperti kesulitan makan, bernapas, mendengar, berbicara dan meningkatkan risiko mengalami malnutrisi.
Sumbing juga dapat mempengaruhi psikologi anak hingga membuatnya dikucilkan lingkungan sekitar.
Smile Train Indonesia memahami sulitnya mengakses fasilitas kesehatan, kurangnya tenaga medis, serta keterbatasan informasi menjadi tiga faktor utama yang menyebabkan banyaknya kasus bibir sumbing tidak tertangani, terutama di area-area terpencil di Indonesia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya