WASHINGTON, KOMPAS.com - Kedutaan Besar Republik Indonesia (RI) memperkenalkan buka puasa ala Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (13/4/2023).
Salah satu kegiatan unggulan perkenalan berbuka puasa tersebut adalah kuliner khas Indonesia.
Duta Besar RI untuk AS Rosan Perkasa Roeslani menyebut bahwa kuliner Indonesia yang ditampilkan pihaknya antara lain kambing guling.
"Secara khusus, kami menyajikan menu kambing guling utuh," tutur Rosan.
Selain kambing guling, tamu undangan juga gemar menyantap ayam suwir bali, rendang, bakso, serta bubur sumsum.
Baca juga: Hadapi Krisis Ekonomi Global, Para Profesional Dituntut Lebih Peka
Buka puasa ala Indonesia di Washington DC juga memperlihatkan kepada publik tentang keberagaman agama.
Pasalnya, pada kesempatan itu, pegiat lintas agama atau interfaith juga ikut hadir.
"Indonesia menyebarkan pesan damai dan sikap toleransi antarumat beragama dlam interfaith iftar kali ini," ucap Rosan.
Ikut hadir pada acara tersebut, perwakilan berbagai instansi Pemerintah AS, kalangan swasta, asosiasi kemasyarakatan, serta duta besar negara-negara Islam dan ASEAN yang berada di Washington DC.
Kemudian Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang tengah melakukan kunjungan kerja untuk menghadiri rangkaian "Spring Meeting International Monetary Fund (IMF)".
Selain memperkenalkan budaya buka puasa, acara ini juga dikemas dengan pemaparan tentang tradisi berpuasa di masing-masing agama Abrahamik, yang disampaikan oleh pemuka agama asal AS yakni Imam Mageed (Islam), Pendeta Bruce Mitchell (Kristen), dan Rabbi Sapperstein (Yahudi).
Rosan menerangkan, kegiatan Interfaith Iftar ini penting untuk memupuk harmoni di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia dan AS.
“Saling memahami ini penting di tengah-tengah tantangan kita bersama, seperti meningkatnya diskriminasi dan kekerasan yang bersumber dari sikap intoleran," ujarnya.
Indonesia berkomitmen untuk terus menguatkan rasa persaudaraan dan saling memahami, termasuk antaragama dan keyakinan, sebagai negara majemuk yang dikaruniai keberagaman suku, agama, dan budaya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya