Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 26 Mei 2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Dewan Energi Nasional (DEN) tengah menggenjot revisi kebijakan energi agar sesuai dengan target nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060.

Anggota DEN Satya Widya Yudha menyampaikan, asumsi pertumbuhan ekonomi di dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) cukup tinggi sehingga perlu penyesuaian.

Untuk diketahui, KEN tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014.

Baca juga: Perusahaan Kelapa Sawit TSE Group Terapkan SBTi, Dukung Nol Emisi 2060

Dalam KEN, pemerintah menargetkan porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional minimal 23 persen pada 2025 dan minimal 31 persen pada 2050.

Sedangkan porsi batu bara dalam bauran energi nasional ditargetkan turun menjadi minimal 30 persen pada 2025 dan minimal 25 persen pada 2050.

Sementara porsi minyak bumi dalam bauran energi nasional ditargetkan turun menjadi minimal 25 persen pada 2025 dan minimal 20 persen pada 2050.

“Pembaruan KEN ini bertujuan untuk mewujudkan ketahanan energi yang tangguh dan dekarbonisasi untuk mencapai NZE pada 2060 dengan tetap menjaga keamanan pasokan dan keterjangkauan harga energi,” kata Satya dalam audiensi dengan Gubernur Provinsi Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Rabu (24/5/2023).

Baca juga: Edukasi Emisi Rendah Karbon, Toyota Gelar Program Jelajah Hijau

Satya mengatakan bahwa terdapat beberapa strategi transisi energi di Indonesia menuju NZE 2060, sebagaimana dilansir dari situs web DEN.

Strategi tersebut contohnya adalah mengendalikan pertumbuhan penduduk untuk meminimumkan konsumsi energi dalam jangka panjang, konservasi energi, efisiensi energi, diversifikasi sumber energi dan pemanfaatan teknologi rendah karbon.

Anggota DEN lainnya, Musri Mawaleda juga mengungkapkan bahwa Jawa Timur bisa menjadi contoh bagi daerah lain khususnya dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED).

“Bisa kita lihat implementasi RUED di Jawa Timur ini sudah sangat baik,” ucap Musri.

Baca juga: Emisi Karbon Dioksida Catatkan Rekor Tertinggi pada 2022

As Natio Lasman yang juga anggota DEN meminta agar daerah-daerah lain turut aktif untuk melakukan transisi energi menuju NZE.

“DEN dengan senang hati akan membantu dan mendampingi setiap daerah untuk melakukan perencanaannya,” ucapnya.

Di sisi lain, Khofifah menuturkan bahwa untuk penyelamatan lingkungan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur rutin menanam pohon bakau.

“Program penanaman mangrove (bakau) di Jawa Timur selain untuk penyelamatan lingkungan kawasan pantai dari abrasi air laut, juga mampu berperan dalam upaya pencapaian transisi energi dalam hal penurunan emisi, mengingat kemampuan tanaman mangrove menyerap emisi karbon,” kata Khofifah.

Baca juga: Mengenal Emisi Gas Rumah Kaca yang Sumbang Laju Pemanasan Global

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dari Tanah “Sakit” ke Lumbung Harapan, Ini Kisah Pengawalan Pertanian Jaga Ketahanan Pangan Desa
Dari Tanah “Sakit” ke Lumbung Harapan, Ini Kisah Pengawalan Pertanian Jaga Ketahanan Pangan Desa
BUMN
Kebijakan Pelarangan Sawit di Jabar Disebut Tak Berdasar Bukti Ilmiah
Kebijakan Pelarangan Sawit di Jabar Disebut Tak Berdasar Bukti Ilmiah
LSM/Figur
Sampah Campur Aduk, Biaya Operasional 'Waste to Energy' Membengkak
Sampah Campur Aduk, Biaya Operasional "Waste to Energy" Membengkak
LSM/Figur
Biaya Kelola Limbah Setara Beli Popok Baru, Padahal Fibernya Punya Banyak Potensi
Biaya Kelola Limbah Setara Beli Popok Baru, Padahal Fibernya Punya Banyak Potensi
LSM/Figur
Inovasi Jaring Bertenaga Surya, Kurangi Penyu yang Terjaring Tak Sengaja
Inovasi Jaring Bertenaga Surya, Kurangi Penyu yang Terjaring Tak Sengaja
Pemerintah
Kebijakan Iklim yang Sasar Gaya Hidup Bisa Kikis Kepedulian pada Lingkungan
Kebijakan Iklim yang Sasar Gaya Hidup Bisa Kikis Kepedulian pada Lingkungan
Pemerintah
 RI Belum Maksimalkan  Pemanfaatan Potensi Laut untuk Atasi Stunting
RI Belum Maksimalkan Pemanfaatan Potensi Laut untuk Atasi Stunting
LSM/Figur
Langkah Membumi Ecoground 2025, Gaya Hidup Sadar Lingkungan Bisa Dimulai dari Ruang Publik
Langkah Membumi Ecoground 2025, Gaya Hidup Sadar Lingkungan Bisa Dimulai dari Ruang Publik
Swasta
Target Swasembada Garam 2027, KKP Tetap Impor jika Produksi Tak Cukup
Target Swasembada Garam 2027, KKP Tetap Impor jika Produksi Tak Cukup
Pemerintah
Kebijakan Mitigasi Iklim di Indonesia DInilai Pinggirkan Peran Perempuan Akar Rumput
Kebijakan Mitigasi Iklim di Indonesia DInilai Pinggirkan Peran Perempuan Akar Rumput
LSM/Figur
KKP: 20 Juta Ton Sampah Masuk ke Laut, Sumber Utamanya dari Pesisir
KKP: 20 Juta Ton Sampah Masuk ke Laut, Sumber Utamanya dari Pesisir
Pemerintah
POPSI: Naiknya Pungutan Ekspor Sawit untuk B50 Bakal Gerus Pendapatan Petani
POPSI: Naiknya Pungutan Ekspor Sawit untuk B50 Bakal Gerus Pendapatan Petani
LSM/Figur
Suhu Global Tetap Tinggi, meski Siklus Alami Pemanasan El Nino Absen
Suhu Global Tetap Tinggi, meski Siklus Alami Pemanasan El Nino Absen
Pemerintah
Rantai Pasok Global Bisa Terganggu akibat Cuaca Ekstrem
Rantai Pasok Global Bisa Terganggu akibat Cuaca Ekstrem
Swasta
DLH Siapkan 3.395 Petugas Kebersihan, Angkut Sampah Saat Tahun Baru Jakarta
DLH Siapkan 3.395 Petugas Kebersihan, Angkut Sampah Saat Tahun Baru Jakarta
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau