Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/04/2023, 20:02 WIB
Siti Sahana Aqesya,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Ilustrasi pemanasan global.Dok. Shutterstock/Nexus 7 Ilustrasi pemanasan global.

KOMPAS.com – Selain menyemarakkan Hari Bumi yang jatuh setiap 22 April dengan kegiatan ramah lingkungan, manusia sebagai salah satu penghuni bumi juga harus merefleksikan diri dan menaruh perhatian lebih terhadap isu lingkungan. Salah satunya adalah pemanasan global.

Dilansir dari situs web Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa laju pemanasan global kian memprihatinkan.

Fenomena tersebut, kata Dwikorita, telah memicu sejumlah peristiwa alam yang mengganggu kelangsungan hidup, seperti peningkatan suhu rata-rata bumi, siklus hidrologi yang terganggu, dan kemunculan bencana hidrometeorologi di seluruh dunia.

Salah satu isu yang menyumbang peningkatan laju pemanasan global adalah emisi gas rumah kaca.

Sebelum mengenal emisi gas rumah kaca, mari berkenalan terlebih dahulu dengan efek rumah kaca.

Efek rumah kaca adalah penahanan gas-gas rumah kaca untuk menahan panas dari matahari dan memperkuat radiasi panas yang terperangkap di atmosfer. Adapun gas rumah kaca meliputi uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida (NO2), dan klorofluorokarbon (CFC).

Sebenarnya, efek rumah kaca merupakan proses alami yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup di Bumi. Proses ini pada dasarnya membantu bumi agar dapat menjaga suhu tetap hangat. Gas rumah kaca pun biasa dihasilkan dari siklus alam sehingga tetap dapat terkontrol dengan baik.

Akan tetapi, karena aktivitas manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil, deforestasi, dan pengalihan lahan, konsentrasi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer jadi meningkat secara berlebihan. Hal inilah yang disebut dengan emisi gas rumah kaca.

Emisi gas rumah kaca membuat efek rumah kaca menjadi terlalu kuat sehingga berdampak pada peningkatan suhu bumi menjadi lebih panas ketimbang seharusnya. Peningkatan suhu inilah yang disebut dengan pemanasan global.

Saat ini, efek pemanasan global sudah mulai dapat dirasakan. Pada kondisi yang lebih parah, pemanasan global juga menyebabkan kerusakan di bumi yang berujung pada kepunahan keanekaragaman hayati.

Apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca?

Untuk mencegah dampak pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca, seluruh masyarakat dunia harus bergotong royong untuk menghindari pemicunya.

Apabila ingin mengurangi produksi emisi gas rumah kaca, Anda bisa melakukan sejumlah langkah kecil. Pertama, menghemat konsumsi listrik dan air.

Untuk diketahui, produksi energi, seperti air dan listrik, memerlukan sumber daya yang berasal dari bahan bakar fosil. Sebut saja, batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Pembakaran bahan bakar ini melepaskan CO2 ke udara dan memperkuat efek rumah kaca.

Anda bisa mulai menghemat penggunaan air dan listrik yang tidak perlu. Selalu matikan listrik dari alat elektronik yang tidak terpakai dan gunakan air secukupnya. Anda juga bisa beralih ke penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan, seperti panel surya, untuk menghasilkan listrik dan air.

Kedua, menggunakan transportasi umum. Seperti diketahui, kendaraan pribadi, seperti mobil dan motor, menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang bersumber dari bahan bakar fosil. Saat digunakan, BBM pada kendaraan melepakan asap berisi CO2, CH4, dan nitrogen oksida (NO) yang merupakan gas rumah kaca.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau