Faktor ini berkaitan dengan lokasi dan ketersediaan lahan. Contohnya adalah wilayah perkotaan sudah terlalu padat sehingga sangat sulit mendapatkan lahan perumahan.
Faktor ini juga berkaitan erat dengan faktor pertama yaitu ekonomi. Semakin rendah pendapatan masyarakat, semakin sulit mendapat perumahan di kawasan perkotaan yang padat.
Fisik sebuah bangunan juga berkaitan dengan lingkungan yang ada. Jika kualitas bangunan rendah, maka kondisi bangunan akan cepat menurun.
Seiring berjalannya waktu, lingkungan di sekitarnya juga terdampak. Jika tidak dilakukan pengendalian, kondisi kawasan tersebut akan semakin memburuk.
Dalam beberapa kasus, masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh tidak terlalu terlalu memperhatikan situasi di lingkungannya.
Karena, fokus pemikiran mereka adalah bagaimana mereka bisa bertahan hidup di lingkungan tersebut. Efek psikologis inilah yang membuat mereka masih tinggal di permukiman kumuh atau memunculkan yang baru.
Baca juga: Benahi Kawasan Kumuh di Medan, SMF Salurkan Rp 1,5 Miliar
Apa saja kriteria permukiman kumuh? Ada beberapa kriteria mengapa sebuah permukiman disebut sebagai permukiman kumuh.
Menurut PBB, kriteria permukiman kumuh adalah penghuninya mengalami kekurangan sebanyak satu atau lebih dari lima indikator yaitu:
Baca juga: Ada Kampung Ekowisata di Tangsel, Dulunya Tempat Kumuh
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen PUPR) Nomor 14 tahun 2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, ada kriteria yang lebih mendetail mengenai permukiman kumuh.
Kriteria atau ciri-ciri permukiman kumuh menurut Permen tersebut adalah:
Selain ketujuh kriteria permukiman tersebut, ada satu aspek tambahan yaitu ketersediaan Ruang Terbuka Publik (RTP).
Baca juga: Akhir 2023, Kawasan Talumolo di Gorontalo Bakal Tak Kumuh Lagi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya