Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pramono Anung Akan Bertemu Wali Kota Kuala Lumpur, Bahas Krisis Iklim hingga Tata Kota

Kompas.com - 21/05/2025, 20:51 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, berencana bertemu dengan Wali Kota Kuala Lumpur, Maimunah Mohd Sharif, untuk membahas aksi mitigasi krisis iklim. Hal ini disampaikan Maimunah, saat menghadiri Climate Resilience and Innovation Forum (CRIF) 2025. 

Menurut dia, keberhasilan program iklim Kuala Lumpur bisa dicontoh oleh Jakarta maupun kota lainnya. Begitu pula aksi yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Saya juga sudah berbincang dengan gubernur Jakarta, di mana saya mengundang dia untuk hadir di Asian Forum di Kuala Lumpur pada 10-15 Agustus dan beliau setuju untuk datang," ungkap Maimunah di sela acara CRIF, di Jakarta Pusat, Rabu (21/5/2025).

Baca juga: Tata Kelola AI Prioritas Baru Investor, Resolusi Iklim Kurang Diminati

"Di samping itu saya mengambil kesempatan untuk menandatangani agreement of action. Kami setuju dengan langkah-langkah action yang perlu kami buat dengan tata cara yang detail dan road map yang detail," imbuh dia.

Kendati demikian, Maimunah dan Pramono belum secara detail membahas rencana aksi iklim kota yang mereka pimpin. Keduanya akan bertukar ide soal kemacetan maupun tata kota.

"Tadi saya berbicara dengan gubernur (Pramono) mungkin dari segi flight navigation, gelombang panas, dan mungkin manajemen kota, kemacetan. Karena kota saya juga mengalami masalah kemacetan meskipun kami meningkatkan bus listrik, kereta, MRT," tutur Maimunah.

Ia pun mengundang negara lain untuk mengikuti forum yang akan digelar Agustus mendatang itu.

Baca juga: Nenengisme dan Kegagalan Komunikasi Iklim

Aksi Iklim Perkotaan

Adapun CRIF 2025 yang diselenggarakan United Cities and Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC) dengan bantuan pendanaan Uni Eropa melibatkan 300 peserta dari berbagai wilayah. Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC, Bernadia Irawati Tjandradewi, menyebutkan komunitas sangat dibutuhkan untuk menjalankan aksi iklim perkotaan.

“Itu dimulai dengan membangun kesadaran akan krisis dan meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keberanian para pemangku kepentingan kota percontohan untuk merencanakan dan mengimplementasi aksi iklim," ucap Bernadia.

Namun, lanjut dia, menciptakan aksi iklim berkelanjutan membutuhkan upaya yang lebih besar lagi dengan membangun kemitraan global kota-kota berkelanjutan yang menyediakan berbagai dukungan mulai dari teknologi sampai pendanaan.

Dengan begitu, setiap kota tidak akan lagi menjadi penonton melainkan pemeran dalam aksi mengatasi krisis iklim.

Baca juga: Krisis Iklim, Eropa Berpotensi Endemik DBD dan Chikungunya

“Melalui proyek Climate Resilient and Inclusive Cities, UE dan Indonesia telah bekerja sama untuk membuat kota-kota lebih kuat dan lebih inklusif dalam menghadapi perubahan iklim,” papar Denis Chaibi, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam.

Di Indonesia, program tersebut dilaksanakan di 10 kota antara lain Pekanbaru, Bandar Lampung, Pangkal Pinang, Cirebon, Mataram, Banjarmasin, Samarinda, Gorontalo, Kupang, dan Ternate.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
LSM/Figur
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pemerintah
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
Swasta
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Swasta
Peluang 'Green Jobs' di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
Peluang "Green Jobs" di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
LSM/Figur
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
Pemerintah
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
BUMN
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
LSM/Figur
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
LSM/Figur
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
Pemerintah
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Pemerintah
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Swasta
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Swasta
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
Pemerintah
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau