JAKARTA, KOMPAS.com – Penggunaan sampah plastik sebagai bahan campuran aspal semakin meluas. Hal ini menyusul pengembangan dan penerapan teknologi aspal plastik campuran yang dilakukan Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR pada 2017 lalu.
Teknologi aspal plastik sendiri merupakan campuran beraspal yang mengandung cacahan kantong plastik atau low density polyethylene (LDPE).
Campuran beraspal yang dihasilkan memiliki sifat tahan terhadap deformasi dan lebih baik dalam ketahanan lelah (fatique) terhadap retak.
Berdasarkan hasil uji laboratorium tahun 2017 oleh Pusat Litbang Jalan Kementerian PUPR, campuran beraspal panas dengan tambahan limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas Marshall 40 persen dan lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah dibandingkan dengan campuran beraspal panas standar.
Baca juga: 7 Tip Mengurangi Sampah Plastik dari Diri Sendiri
Penggunaan limbah plastik juga sama sekali tidak mengurangi kualitas jalan, bahkan justru bisa menambah kerekatan jalan.
Saat dihampar sebagai aspal panas, ketika diukur suhunya yaitu 150-180 derajat celcius, yang artinya plastik tidak terdegradasi dan masih jauh dari batas degradasi sampah yaitu 250-280 derajat Celcius atau suhu dimana plastik mengeluarkan racun.
Namun lebih dari itu, yang terpenting adalah dapat mengurangi limbah plastik yang menurut catatan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022, sampah plastik sebanyak 18,55 persen dari total timbunan sampah 19,45 juta ton.
Kementerian PUPR telah menggunakan aspal plastik ini untuk pemeliharaan jalan. Komposisi limbah plastik sebagai bahan campuran aspal sebanyak 6 persen.
Baca juga: Pimpin Kampanye Daur Ulang, Danone Ingatkan Pengelolaan Sampah Plastik
Bisa dibayangkan, betapa signifikannya pengurangan sampah plastik, jika peningkatan kapasitas dan preservasi peningkatan struktur jalan nasional yang ditargetkan tahun 2023 ini sepanjang 3.538,36 kilometer, menggunakan aspal plastik.
Hitungannya begini, per kilometer membutuhkan 3 ton plastik, maka untuk merealisasikan peningkatan kapasitas dan preservasi jalan nasional sepanjang itu, dapat mereduksi sampah plastik hingga 10.615 ton.
Nah, selain sebagai bahan campuran untuk aspal, ternyata limbah plastik juga bisa dolah menjadi balok beton berkinerja tinggi.
Inovasi ini dilakukan dimulai dengan mengumpulkan sampah plastik. ByFusion bekerja sama dengan operasi pembersihan laut untuk mengumpulkan limbah buangan yang berakhir di laut.
Perusahaan yang baru didirikan pada tahun 2017 tersebut bertindak sebagai mitra lepas landas untuk Project Kaisei.
Ini merupakan organisasi non-profit pembersih laut, dan mengangkut lebih dari 100 ton limbah dari great pacific garbage patch, Samudera Pasifik.
Baca juga: Yuk, Kreasikan Sampah Plastik di Rumah Menjadi 4 Barang Berikut
Langkah selanjutnya adalah mereka mencacah sampah plastik menjadi potongan-potongan kecil yang kemudian dipanaskan menggunakan mesin berbasis uap yang telah dipatenkan oleh ByFusion.
Kemudian, cacahan sampah tersebut dilebur menjadi balok berukuran 40 sentimeter x 20 sentimeter x 20 sentimeter dengan berat masing-masing 10 kilogram.
Uniknya, metode ini tidak memerlukan bahan kimia dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang 41 persen lebih sedikit dari pembuatan balok beton biasanya.
Sementara untuk kualitas, ByBlock diklaim tahan retak atau hancur. Ini bisa digunakan untuk membangun dinding penahan, dinding suara, gudang, terasering dan lansekap.
Untuk memberikan dampak positif kepada lingkungan dengan jangkauan yang lebih luas, ByFusion juga mengolah limbah perusahaan, pemerintah, kota dan perusahaan.
Baca juga: Emirates Daur Ulang Lebih dari 500.000 Kilogram Plastik Sepanjang 2022
Tujuannya adalah untuk bisa bermitra dan melisensikan mesin pembuat ByBlock mereka.
Pihak ByFusion juga mengeklaim bahwa inovasi mereka selain mampu mengurangi penumpukan sampah, juga menciptakan lapangan kerja, meningkatkan infrastruktur dan merevitalisasi lingkungan.
ByFusion berharap mampu mendaur ulang sebanyak 100 juta ton sampah plastik, baik yang dapat didaur ulang maupun tidak dapat didaur ulang pada tahun 2030.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya