KOMPAS.com - Isu ecoliteracy mulai menjadi perhatian serius bagi pemerintah, akademisi, praktisi, maupun aktivis lingkungan hidup.
Taraf ecoliteracy merupakan sebuah capaian di mana seseorang yang sudah sangat menyadari betapa pentingnya lingkungan hidup, pentingnya menjaga dan merawat bumi, ekosistem, alam sebagai tempat tinggal dan berkembangnya kehidupan.
Masih rendahnya ecoliteracy di masyarakat mendorong akademisi dan praktisi melakukan kolaborasi pada tingkat lokal, nasional dan internasional untuk memperkuat ecoliteracy bagi siswa dan guru melalui Kurikulum Merdeka dengan integrasi transformasi hijau.
Guru Besar Prodi S3 Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof. Nadiroh yang juga Ketua Tim Pemberdayaan kepada Masyarakat (PPM) bersama tim untuk melakukan pemberdayaan masyarakat.
PPM Pascasarjana UNJ mengangkat tajuk "Transformasi Green Melalui Penguatan Ecoliteracy pada Siswa dan Guru-Guru SMP di Wilayah Pesisir Pantai Kepulauan Seribu" dan dilaksanakan 12 Juni 2023 secara hibrid.
Prof. Nadiroh menyampaikan, transformasi hijau membutuhkan komitmen antara keluarga, guru, sekolah dan masyarakat dalam Implementasi Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan projek lingkungan yang dilakukan secara gotong royong dalam mendesain produk ramah lingkungan.
Sementara itu, Dewi Rahmawaty anggota tim PPM menyampaikan materi mengenai Desain Produk Green Economy kepada masyarakat di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.
Untuk memperkuat materi berbasis best practice, pada kegiatan PPM ini juga disampaikan pengalaman penerapan Ecoliteracy di Kota Kitakyushu, Jepang.
Pada materi ini, Indriyani Rachman dari Faculty of Environmental Engineering The University Of Kitakyushu Jepang menjelaskan, materi implementasi SDGs pada Pendidikan Lingkungan di Kota Kitakyushu.
Baca juga: Guru Besar IPB Tegaskan Pengelolaan Sedimentasi Harus Bermanfaat bagi Ekologi, Sosial, dan Ekonomi
Para guru di sana lebih tegas menerapkan proyek menjaga kualitas lingkungan dan orangtua juga turut sangat mendukung program sekolah yang diinisiasi oleh sekolah. Hal inilah yang membuat Kota Kitakyushu sangat indah dan bersih.
"Hal ini karena kebiasaan menjaga kebersihan lingkungannya yang sudah mendarah daging bagi masyarakat," papar Indriyani Rachman.
"Semoga pengalaman di Kota Kitakyushu dapat ditularkan dan diimplementasikan pada warga sekolah SMP Negeri 241 Pulau Tidung dan warga masyarakat di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu DKI Jakarta," harap Indriyani Rachman.
Materi lain disampaikan Kolonel Arh. Alton Endarwanto Hadi Susanto dari Lemhanas dengan materi "Kepemimpinan Transformasi dalam memperkuat Ecoliteracy", yang juga sebagai mahasiswa Program Studi Doktor PKLH Pascasarjana UNJ.
Heri Susanto selaku Anggota Ombudsman RI juga menyampaikan materi lain dengan tema "Pengembangan Ecoedutourisme sebagai Inovasi Pendidikan Lingkungan Dalam Perspective Pelayanan Publik".
Selanjutnya Shahibah Yuliani, dosen PIPS, Fakultas Ilmu Sosial UNJ , yang juga Fasilitator Nasional Sekolah Penggerak menyampaikan materi "Transformasi Green melalui Penguatan Ecoliteracy pada Kurikulum Merdeka" untuk mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) terintegrasi pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila, IPS, dan mata pelajaran lain yang relevan.
Kegiatan PPM ini mendapat diapresiasi Muhammad Ishaq, Kepala Sekolah SMP Negeri 241 Pulau Tidung Kepulauan Seribu DKI Jakarta.
Baca juga: Kenapa Hutan Mangrove Sangat Penting bagi Ekologi?
Ia mengatakan pihaknya mewakili masyarakat, guru, dan siswa sangat senang sekali atas materi yang disampaikan.
"Semoga setelah kegiatan ini ada perubahan yang lebih baik lagi dalam pengelolaan lingkungan disini, sehingga menghasilkan nilai yang bermanfaat bagi bersama," ungkap Muhammad Ishaq.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya