KOMPAS.com - Piter Abdullah, Direktur Eksekutif Segara Research Institute, mengungkapkan tahun 2025 ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai nilai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar USD 130 miliar (2.037 triliun rupiah) dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 19 persen.
Piter Abdullah menambahkan, “Dengan pertumbuhan yang signifikan, pengembangan aplikasi dapat menjadi penting dalam menutup kesenjangan digital di Indonesia dengan memberikan akses digital yang lebih luas, merata, dan inklusif kepada masyarakat yang belum terhubung secara digital, sehingga dapat merealisasikan ekosistem digital yang lebih inklusif.”
Realisasi ekosistem digital yang lebih inklusi dinilai penting mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi digital tercepat di dunia.
Namun, masih terdapat kesenjangan digital signifikan di Indonesia, di mana wilayah pedesaan dan daerah yang kurang terlayani masih tertinggal dibandingkan dengan wilayah perkotaan dalam hal akses internet dan teknologi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan komitmen pemerintah untuk mendukung perkembangan ekonomi kreatif dan digital di Indonesia dengan mengurangi kesenjangan digital.
"Pemerintah senantiasa berkomitmen mendukung kemajuan ekonomi kreatif dan digital di Indonesia, di antaranya melalui upaya mengurangi kesenjangan digital dan meningkatkan daya saing SDM digital Indonesia," kata Airlangga dalam pertemuan dengan CEO TikTok Shou Zi Chew di Jakarta.
Lebih jauh Abdullah menegaskan, dalam transformasi digital ini, developer lokal memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi baru, menciptakan peluang kerja, dan mempercepat adopsi digital.
Baca juga: Di Singapura, Luhut Sampaikan 4 Agenda Indonesia Bangun Pertumbuhan Ekonomi secara Berkelanjutan
Abdullah menyebut Google Play sebagai contoh positif dalam memberdayakan developer lokal.
"Menurut studi Access Partnership pada tahun 2022, Google Play memberikan kontribusi signifikan bagi developer aplikasi Indonesia, menghasilkan pendapatan lebih dari IDR 1,5 triliun dan memperkenalkan lebih dari 42.000 aplikasi baru."
"Platform tersebut telah menciptakan peluang kerja sebanyak 162.000 dan memberikan kontribusi terhadap 8 juta pekerja lepas di Indonesia," ungkapnya.
Ia menambahkan, "data dari Access Partnership menunjukkan bahwa penyediaan ekosistem yang robust bagi para developer mampu mendukung pambangunan bisnis yang sukses."
Keberhasilan platform seperti Google Play menunjukkan potensi ekosistem digital dalam mengurangi kesenjangan digital dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan memberikan platform bagi developer lokal untuk mengembangkan bisnis mereka, melalui penciptaan aplikasi-inovatif, dan mencapai pangsa pengguna yang luas. Memberdayakan developer lokal juga merupakan kunci mengatasi kesenjangan digital dan mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.
Dengan memberikan akses pelatihan, sumber daya, dan pasar kepada mereka, kita dapat membantu mereka menciptakan aplikasi dan layanan inovatif yang relevan bagi semua orang.
Baca juga: Gubernur Sulsel Berharap MNEK 2023 di Makassar Pacu Pertumbuhan Ekonomi dan Wisata
Pemberdayaan developer lokal melalui teknologi dapat menciptakan perbedaan di Indonesia. Dengan terus mendukung developer lokal, Indonesia dapat menciptakan ekonomi digital yang inklusif dan makmur bagi semua orang.
"Dengan memperkuat ekosistem digital, mengurangi kesenjangan digital, dan memberikan peluang baru, Indonesia menuju masa depan digital yang adil dan sejahtera," tutup Abdullah.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya