Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Hidup Masa Remaja Penting Cegah Stunting Generasi Mendatang

Kompas.com - 21/06/2023, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Remaja menjadi masa prakonsepsi terpanjang yang sangat menentukan stunting atau tidaknya bayi yang akan dilahirkan kelak.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Edi Setiawan dalam talkshow Get to Know Stunting di Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Rabu (14/06/2023).

Edi menyampaikan, para remaja perlu diedukasi demi melahirkan generasi yang cemerlang di masa depan dan mencegah stunting.

Baca juga: Tak Hanya Fisik, Gangguan Mental Ibu Berpotensi Sebabkan Bayi Stunting

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen. Artinya dari 100 balita, 21 terkena stunting.

Edi menjelaskan bahwa prakonsepsi harus betul-betul diperhatikan, sebagaimana siaran pers yang dirilis BKKBN.

Dia mengimbau remaja putri untuk tetap meminum tablet penambah darah. Sedangkan untuk remaja pria diminta untuk menjauhi rokok.

Edi juga menyinggung tentang kekhawatirannya akan bonus demografi apabila permasalahan stunting di Indonesia tak teratasi.

Baca juga: Sanitasi Layak dan Aman Berpengaruh Turunkan Stunting

"Kalau kita mengabaikan masalah stunting, kita seperti mau mewarisi kemiskinan pada generasi yang akan datang, bukan mewarisi kekayaan, kesejahteraan, menikmati bonus demografi, justru yang kita nikmati adalah sengsara demografi," kata Edi.

Dia menuturkan, pemerintah menargetkan prevalensi stunting pada 2024 adalah 14 persen.

"Karena bahayanya bukan hanya pada tinggi badan rata-rata orang indonesia, tapi bahaya kepada anggaran kesehatan yang akan meningkat, sehingga anggaran pendidikan akan dialihkan ke kesehatan," ucap Edi.

"Kemudian juga produktivitas dari orang orang yang seharusnya produktif menjadi tidak produktif dan justru akan menjadi beban. Dan ketika nanti mereka menjadi lansia (lanjut usia), mereka akan menjadi lansia yang difabel," sambungnya.

Baca juga: Perubahan Perilaku Masyarakat Tantangan Tersulit Atasi Stunting 2023

BKKBN, jelas Edi, telah mempunyai beberapa program untuk percepatan penurunan stunting khususnya bagi para remaja.

Beberapa program tersebut seperti Generasi Berencana (GenRe), program Mahasiswa Peduli Stunting (Mahasiswa Penting).

Sedangkan bagi para calon pengantin, ada sertifikat yang dikeluarkan Aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (Elsimil) sebelum dilaksanakannya pernikahan.

Salah satu pembicara dalam talkshow tersebut, dokter spesialis anak Fransisca Handy, mengatakan bahwa kualitas kehidupan diri remaja sangat menentukan kelak ketika mereka menjadi pasangan usia subur.

Baca juga: Penyelesaian Stunting di 378 Daerah Tidak Sesuai Target

Fransisca berujar, masa prakonsepsi adalah masa sebelum sperma dan ovum bertemu.

"Jadi masa remaja itu dimulai dari usia 10 tahun sampai 24 tahun ketika brain development (perkembangan otak) itu selesai diorganisasi," ucap Fransiska.

Sebelumnya, ketika bayi baru lahir, 80 persen perkembangan otaknya terjadi dalam kurun 1.000 hari pertamanya.

Dia menambahkan, organsasi, efisiensi, dan kerja otak tetap berlanjut terus. Organisasi otak paling banyak terjadi saat masa remaja.

Ia pun menambahkan bahwa menjadi orang tua tidak semudah yang dibayangkan. Butuh kesiapan yang matang dan baik ayah serta ibu harus sama-sama berpengetahuan luas, membuat keputusan bersama, dan harus mempunyai kapasitas yang sama dalam mengurus keluarga.

Baca juga: Kejar 10 Sasaran RPJMN 2020-2024, Salah Satunya Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau