JAKARTA, KOMPAS.com - Program Just Energy Transition Partnership (JETP) atau Kemitraan Transisi Energi yang Adil di Indonesia cuma dapat dana hibah sebesar 160 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 2,4 triliun.
"Kalau grant di angka 160 juta dolar AS, Technical Assistance (TA) sekitar segitu juga," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana saat ditemui di acara The JETP Convening for Exchange and Learning di Jakarta pada Selasa (27/6/2023).
Kemudian sekitar 10 miliar dolar AS atau Rp 150 triliun merupakan pendanaan yang berasal dari commercial loan atau skema lain.
"Rate-nya belum tahu sampai sekarang tapi dalam tone memberikan support," imbuh Dadan.
Untuk diketahui, program JETP diluncurkan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden Indonesia Joko Widodo, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dan para pemimpin dunia lainnya dalam gelaran acara G20 pada 15 November 2022.
JETP dirancang untuk menjalankan transisi sektor energi yang ambisius dan adil di Indonesia, serta konsisten dengan proyeksi pencapaian batas pemanasan global 1,5 derajat celsius.
Program ini akan secara signifikan mempercepat transisi Indonesia menuju masa depan energi yang lebih bersih, mengurangi kumulatif emisi gas rumah kaca lebih dari 300 megaton hingga 2030 dan pengurangan jauh di atas 2 gigaton hingga 2060 dari proyeksi Indonesia saat ini.
Dukungan berupa dana yang dijanjikan untuk pelaksanaan program JETP adalah senilai 20 miliar AS atau Rp 300 triliun.
Baca juga: Transisi Energi di ASEAN Perlu Dikebut, Ini Strateginya
Dikutip dari Antara, pendanaan JETP-Indonesia terdiri atas 10 miliar dolar AS pendanaan publik dari para anggota International Partners Group (IPG), meliputi AS, Inggris Raya, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, Jepang, Norwegia, Denmark, dan Uni Eropa.
Selain itu, 10 miliar dolar AS berasal dari 7 institusi keuangan internasional yang merupakan anggota Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), antara lain HSBC, Citibank, Standard Chartered, Bank of America, Deutsche Bank, MUFG dan Macquarie.
Pendanaan tersebut nantinya akan digunakan untuk melancarkan sejumlah aksi transisi energi, dua di antaranya adalah pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dan pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya