Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eropa Jadi Benua yang Menghangat Paling Cepat karena Pemanasan Global

Kompas.com - 27/06/2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Eropa menjadi benua yang menghangat paling cepat di dunia karena pemanasan global dan perubahan iklim.

Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) melaporkan, Eropa menghangat dua kali lebih cepat daripada benua mana pun di dunia sejak 1980-an.

Kondisi tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap ekosisten dan struktur sosial-ekonomi di Eropa, sebagaimana dilansir Earth.org.

Baca juga: Bagaimana Limbah Makanan Memperparah Perubahan Iklim dan Pemanasan Global?

Menurut laporan terbaru dari WMO, suhu Eropa pada 2022 lebih tinggi 2,3 derajat celsius dari rata-rata di masa prarevolusi industri.

Beberapa negara di Eropa seperti Belgia, Perancis, Jerman, Irlandia, Italia, Luksemburg, Portugal, Spanyol, Swiss, dan Inggris mencatatkan salah satu musim panas terhangat pada 2022.

Anomali suhu di negara-negara tersebut hampir 0,79 derajat celsius di atas rata-rata untuk periode antara tahun 1991 hingga 2020.

Kondisi yang dialami Eropa pada musim panas 2022 menjadikan suhu rata-rata tahunan "Benua Biru" tahun lalu mencatatkan rekor terpanas ketiga sepanjang catatan.

Baca juga: 6 Dampak Mengerikan Mencairnya Es Kutub Akibat Pemanasan Global

Di Perancis, pada Januari 2022 hingga September 2022 menjadi peride terkering sejak 1976. Sedangkan Inggris mengalami periode terkering pada Januari 2022 hingga Agustus 2022 sejak 1976 .

Situasi yang dialami Perancis dan Inggris tersebut tak lepas dari rendahnya rata-rata curah hujan. Hal ini tentu berdampak signifikan pada hasil pertanian.

Pada akhir Juli 2022, cadangan air Spanyol sempat menyentuh 41,9 persen dari kapasitas maksimumnya. Di beberapa tampungan air seperti waduk bahkan lebih rendah lagi.

Di sisi lain, antara 1997 hingga 2022, sekitar 880 kilometer kubik gletser Eropa telah mencair.

Baca juga: 16 Dampak Pemanasan Global Terhadap Dunia

Pegunungan Alpen yang terletak di Eropa Tengah-Selatan menjadi wilayah yang kehilangan gletser paling banyak fengan rata-rata penurunan ketebalan es 34 meter.

Pada 2022, gletser di Pegunungan Alpen mengalami pencairan paling cepat karena beberapa faktor seperti curah salju musim dingin yang sedikit, musim panas yang sangat hangat, dan endapan debu dari Sahara.

Meski demikian, ada kabar baik dari sektor energi di Eropa. Tahun lalu, listrik yang dihasilkan energi terbarukan di "Benua Biru" untuk pertama kalinya berhasil menyalip produksi listrik dari energi fosil.

Pada 2022, energi angin dan surya menghasilkan listrik 22,3 persen lebih banyak daripada bahan bakar fosil yaitu 20 persen di Uni Eropa.

Baca juga: 7 Mitos Pemanasan Global dan Perubahan Iklim Beserta Fakta Penyangkalnya

Laporan dari Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor ketenagalistrikan di Eropa akan mengalami puncaknya pada 2025.

Hal tersebut tak lepas dari masifnya pengembangan energi terbarukan dan penggunaan energi rendah karbon lainnya, seperti nuklir, yang diprediksi dapat memenuhi kebutuhan.

Terlepas dari semakin menghangatnya suhu di Eropa, benua tersebut mampu menurunkan emisi sebesar 31 persen antara 1990 hingga 2020.

Eropa juga berambisi untuk mengurangi emisi sebesar 55 persen pada 2030.

Baca juga: Terus Mencair, Salju Abadi Puncak Jaya Terancam Musnah Akibat Pemanasan Global

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah
DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

Pemerintah
Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Pemerintah
Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

BUMN
Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Pemerintah
1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

LSM/Figur
Studi Ketimpangan Celios: Harta 50 Orang Terkaya RI Setara 50 Juta Penduduk

Studi Ketimpangan Celios: Harta 50 Orang Terkaya RI Setara 50 Juta Penduduk

LSM/Figur
Beri Dampak Positif Masyarakat, Pupuk Indonesia Gelar Program 'AKSI' di Banjarnegara Jateng

Beri Dampak Positif Masyarakat, Pupuk Indonesia Gelar Program "AKSI" di Banjarnegara Jateng

BUMN
Kawasan Karst Banjir Pengunjung, Ini Strategi Kurangi Dampak Negatifnya

Kawasan Karst Banjir Pengunjung, Ini Strategi Kurangi Dampak Negatifnya

LSM/Figur
Dianggap Berhasil Tangani Emisi dan Iklim, RI Raih Penghargaan Green Eurasia 2024

Dianggap Berhasil Tangani Emisi dan Iklim, RI Raih Penghargaan Green Eurasia 2024

Pemerintah
BI Luncurkan Kalkulator Hijau, Perusahaan Bisa Langsung Hitung Emisi

BI Luncurkan Kalkulator Hijau, Perusahaan Bisa Langsung Hitung Emisi

Pemerintah
Tanoto Foundation Ungkap Urgennya Peran Pendidikan Anak Usia Dini

Tanoto Foundation Ungkap Urgennya Peran Pendidikan Anak Usia Dini

LSM/Figur
Baru Dilantik, DPR Dituntut Perjuangkan UU Kriris Iklim

Baru Dilantik, DPR Dituntut Perjuangkan UU Kriris Iklim

Pemerintah
Perencanaan Kebijakan Harus Pahami Perubahan Iklim Regional

Perencanaan Kebijakan Harus Pahami Perubahan Iklim Regional

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau