JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah laporan dari World Resources Institute (WRI) mengungkapkan bahwa hutan hujan tropis terus menyusut secara intensif.
Bahkan, per 2022 Planet Bumi kehilangan area hutan hujan tropis seukuran negara Swiss atau Belanda. Ini artinya, area hutan hujan tropis seukuran lapangan sepak bola dihancurkan setiap lima detik!
Dari laporan yang sama terungkap bahwa kehancuran tersebut disebabkan oleh kombinasi dari kebakaran hutan dan deforestasi untuk pertanian, dan penambangan.
Baca juga: Jelang Pemilu 2024, Risiko Perusakan Hutan Dikhawatirkan Meningkat
WRI melalui platform pemantauan deforestasi berbasis satelitnya, Global Forest Watch (GFW), mencatat penghancuran lebih dari 4,1 juta hektar hutan tropis primer terjadi pada tahun 2022.
Padahal hutan sangat penting bagi keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon planet ini.
Negara yang paling terpukul adalah Brasil, dengan wilayah yang hancur menyumbang 43 persen dari kerugian global, di atas Republik Demokratik Kongo (13 persen) dan Bolivia (9 persen).
"Kita kehilangan salah satu alat yang paling efektif untuk memerangi perubahan iklim, melindungi keanekaragaman hayati dan mendukung kesehatan dan penghidupan jutaan orang," kata Direktur GFW Mikaela Weisse, seperti dikutip dari euronews, Kamis (29/6/2023).
The world experienced relentless loss of tropical forests in 2022, with tropical primary forests losing 11 football fields ? of forest per minute.
2022 #TreeCoverLoss data from @UMD_GLAD is now available on GFW ????
Read our new analysis of the data ? https://t.co/3QKHP3zzPt pic.twitter.com/7Jaw2kahIZ
— Global Forest Watch (@globalforests) June 27, 2023
Betapa tidak, hutan tropis primer yang dihancurkan pada tahun 2022 ini ternyata melepaskan 2,7 miliar ton CO2, setara dengan emisi tahunan India, negara terpadat di dunia.
Akibatnya, perusakan hutan terus meningkat tak terelakkan, terlepas dari komitmen yang dibuat oleh para pemimpin dunia pada COP26 di Glasgow tahun 2021, sebanyak 90 miliar ton CO2.
Sumber penghidupan
Sekitar 1,6 miliar orang, hampir separuhnya adalah masyarakat adat, bergantung langsung pada sumber daya hutan untuk penghidupan mereka.
Di Brasil, deforestasi terus memburuk selama masa kepresidenan Jair Bolsonaro (2019-2023), meningkat 15 persen dalam satu tahun.
Baca juga: El Nino Bikin Potensi Kebakaran Hutan Berlipatganda
Di bawah Bolsonaro, pemerintah Brasil dinilai menutup mata terhadap deforestasi ilegal, melemahkan hak-hak masyarakat adat, dan membatalkan kebijakan lingkungan negara tersebut.
Penggantinya, Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, yang dilantik pada bulan Januari, telah berjanji untuk menghentikan penghancuran huta Amazon pada tahun 2030. Namun, sejumlah tantangan harus dihadapi da Silva untuk merealisasikan janjinya.
Hal ini karena sekitar 90 miliar ton CO2 disimpan di pepohonan dan tanah hutan hujan Amazon, dua kali lipat emisi global tahunan.
“Menghentikan dan memulihkan hilangnya hutan adalah salah satu cara yang paling hemat biaya untuk memitigasi (situasi) yang kita alami saat ini”, cetus pakar WRI Frances Seymour.
Sementara di Republik Demokratik Kongo, lebih dari setengah juta hektar hutan telah dihancurkan pada tahun 2022.
Baca juga: 65 Persen Wilayah IKN Dijadikan Hutan Tropis, Jumlah Penduduk Maksimal 1,9 Juta Jiwa
Hal ini terutama disebabkan oleh pertanian dan produksi arang, yang sangat penting bagi rumah tangga, yang 80 persennya tidak memiliki listrik.
Kesepakatan setengah miliar dolar untuk melindungi hutan hujan Cekungan Kongo ditandatangani oleh pemerintah pada tahun 2021.
Namun kesepakatan itu telah dirusak oleh seruan baru-baru ini untuk tender lisensi minyak dan blok gas yang diluncurkan oleh pihak berwenang.
Di tempat ketiga, Bolivia gagal menurunkan laju deforestasi. Sebaliknya praktik deforestasi justru meningkat 32 persen dibandingkan tahun 2021. Produksi kakao, penambangan emas, dan kebakaran adalah penyebab utamanya.
Di Indonesia, sebaliknya, kerusakan hutan telah melambat selama lima tahun berturut-turut. Negara Kepulauan ini bertanggung jawab atas lima persen hilangnya hutan global pada tahun 2021.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya