KOMPAS.com – Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono mengatakan, 65 persen wilayah ibu kota yang baru direncanakan menjadi hutan tropis.
Hal tersebut disampaikan Bambang dalam Diskusi Kebudayaan dan Konservasi dalam Konsep Hutan IKN yang digelar oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) secara daring dan luring pada Rabu (24/5/2023).
Dia menuturkan, dari sekitar 256.000 hektare area IKN, hanya 25 persen wilayah yang akan dibangun menjadi kota.
Baca juga: IKN Harus Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Adat dan Lokal
“Sisanya, 65 persen adalah hutan tropis, yang merupakan kombinasi dari kota yang inklusif, hijau, dengan ketahanan atau resilience yang tinggi,” ucap Bambang.
Dia menuturkan, pembangunan IKN kali ini dilakukan dengan perencanaan dan konsep yang matang untuk reforestasi, yaitu mengembalikan fungsi hutan.
Konsep hutan kota yang diusung dalam IKN disebut Bambang yang akan selaras dengan pembangunan kota hijau sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045.
“Kami sendiri melihat bahwa IKN adalah singkatan atau abreviasi dari investment (investasi), knowledge (pengetahuan), dan nature (alam),” papar Bambang.
Baca juga: Otorita IKN Jamin Keberlangsungan Keanekaragaman Hayati Kaltim
“Karena kami yakin bahwa untuk mencari satu bentuk kota hutan yang berkelanjutan, akan banyak konsep-konsep baru yang nanti saling melengkapi, dan kita tahu akan ada sesuatu yang baik di sana,” lanjutnya.
Selain dijadikan kota untuk menjaga konservasi alam, Bambang menuturkan IKN akan mendukung kota cerdas yang selaras dengan budaya di Nusantara.
“Selain untuk menjaga daya dukung lingkungan, dan mengembangkan smart living, smart working, juga smart learning, semua tentu harus selaras dengan ke-Indonesia-an kita,” tuturnya.
Jumlah penduduk yang tinggal di kawasan kota, kata Bambang, maksimal adalah 1,9 juta jiwa.
Baca juga: Berbagai Program CSR Digodok untuk Masyarakat IKN
Sementara itu Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN Myrna Asnawati Safitri menyampaikan bahwa wilayah IKN yang akan dibangun sebagai IKN terdiri atas Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan sawit, dan bekas tambang batu bara.
“Jadi pembangunan (area kota) tidak berada di hutan alam, ini menjadi yang dilindungi,” kata Myrna.
Myrna merinci, dari luas daratan IKN seluas 256.142 hektare, area perkotaan akan dibangun di kawasan seluas 56.180 hektare, atau sekitar 25 persen dari total luas.
Baca juga: Di Hannover, Jokowi Proritaskan Hilirisasi, Transisi Energi, dan IKN
Sisanya, 65 persen menjadi hutan tropis melalui proses reforestasi dan 10 persen area produksi pangan
Myrna menyampaikan, pembangunan IKN bersifat inklusif dan partisipatif. Dia menyampaikan, segala keragaman harus muncul di dalam kota, maka inklusifitas menjadi perhatian utama.
“Kota berkelanjutan adalah koreksi terhadap model pembangunan di masa yang lalu bertumpu ekstrasi sumber daya alam,” papar Myrna.
Myrna menuturkan, IKN akan dibangun selaras dengan alam dan sedapat mungkin tidak dilakukan rekayasa topografinya.
Baca juga: IKN Dipastikan Gunakan Energi Rendah Karbon
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya