Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/07/2023, 06:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia) bersama dengan Pemerintah Kabupaten Badung, Provinsi Bali, serta dukungan dari mitra kerja, PT Tata Logam Lestari, meresmikan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Seminyak.

Program dukungan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam hal tata kelola sampah di Indonesia, khususnya di Provinsi Bali, sebagai destinasi wisata utama di Indonesia.

Sebagai sektor yang mengedepankan aspek kenyamanan, kebersihan, dan keindahan alam, pariwisata di Bali bertumpu pada keberlangsungan lingkungan dengan kualitas yang baik.

Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta mengapresiasi langkah CCEP Indonesia demi terciptanya pengelolaan sampah yang baik melalui TPS 3R Seminyak.

"Kami juga akan terus berupaya mengatasi persoalan sampah ini. Salah satunya pada tahun 2024 mendatang, kami akan membuat regulasi, setiap desa akan keluarkan sampah sesuai jenis pada hari tertentu,” ujar Giri Pasta, Jumat (7/7/2023).

Baca juga: Kurangi 30 Persen Sampah Plastik, Waste Station Hadir di RDTX Place

TPS 3R Seminyak yang berdiri di lahan seluas 1.270 meter persegi ini merupakan bagian dari inisiatif program pengelolaan sampah yang dilakukan oleh CCEP Indonesia.

Sejak tahun 2007, TPS 3R Seminyak masuk dalam program Bali Beach Up yang diinisiasi CCEP Indonesia, sebuah program bersih-bersih di lima pantai sepanjang 9,7 kilometer, yang meliputi Pantai Kuta, Pantai Seminyak, Pantai Legian, Pantai Kedonganan, dan Pantai Jimbaran.

Vice President Public Affairs, Communications, and Sustainability CCEP Indonesia dan Papua New Guinea Lucia Karina menambahkan, TPS 3R Seminyak ini merupakan bagian dari perwujudan komitmen Perusahaan dalam pengelolaan sampah yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak.

"Kami sebut sebagai pendekatan kolaborasi Nona-Helix. Inisiatif ini juga merupakan bagian tidak terpisahkan dari strategi keberlanjutan untuk mengurangi sampah laut sebesar 70 persen pada 2025 dalam upaya mengatasi persoalan polusi plastik,” ujar Karina.

Selain itu, sebagai perusahaan pembotolan dan distribusi minuman kemasan, CCEP Indonesia berkomitmen kuat untuk mewujudkan praktik ekonomi sirkular.

Baca juga: Bergantung Daur Ulang Saja Tak Cukup Atasi Sampah Plastik

Setidaknya ada tiga komponen utama yang dilakukan perusahaan untuk mencapai hal tersebut, yaitu menghilangkan kemasan yang tidak perlu, dengan target 100 persen recyclability pada tahun 2025 sekaligus menghentikan penggunaan plastik murni (virgin plastic) dalam kemasan botol yang diproduksi pada 2030.

Kemudian mendorong kemasan sirkular dengan menggunakan 50 persen konten daur ulang (rPET) pada kemasan  tahun 2025 sekaligus mengumpulkan 100 persen botol plastik yang diproduksi pada 2030; serta melakukan investasi dan inovasi dalam solusi pengemasan masa depan.

Melalui komitmen yang kuat dalam upaya mengimplementasikan ekonomi sirkular, CCEP Indonesia berhasil mengurangi konten plastik sebesar 23,6 persen pada kemasan sejak tahun 2014 dan 40 persen pengurangan melalui penggunaan kemasan ramah lingkungan atau Affordable Single Serve Pack (ASSP).

Seiring dengan hal tersebut, CCEP Indonesia juga melakukan redesain kemasan agar mudah didaur ulang.

Terkini, CCEP Indonesia bersama dengan mitra kerjanya, Dynapack Asia, berupaya dalam hal investasi serta pengumpulan, dengan didirikannya pabrik daur ulang, Amandina Bumi Nusantara (Amandina) dan juga Yayasan Mahija Parahita Nusantara (Mahija).

Baca juga: Cara Menarik Investor Danai Infrastruktur Pemilahan Sampah Sirkular

Melalui pabrik berkapasitas 25.000 ton per tahun ini, CCEP Indonesia akan memiliki sumber bahan baku daur ulang kemasan pasca konsumsi, yang didapatkan dari masyarakat, komunitas seperti bank sampah, dan sebagainya.

Hingga tahun 2022, sebanyak 12.585 ton sampah kemasan PET berhasil dikumpulkan dari 24 pusat pengumpulan yang dikelola oleh Mahija.

Kehadiran Amandina dan Mahija melengkapi rangkaian upaya CCEP Indonesia menuju pengelolaan sampah yang tepat melalui pendekatan ‘siklus tertutup, dari botol ke botol’ (closed-loop, bottle to bottle).

Langkah ini merupakan dukungan nyata perusahaan dalam upaya terwujudnya praktik ekonomi sirkular di Indonesia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau