Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 11 Juli 2023, 11:00 WIB
Hilda B Alexander

Editor

Jadi, bandara harus fokus pada pengembangan strategi untuk masa depan yang mempertimbangkan keberlanjutan dan pertumbuhan.

Baca juga: Dukung UMKM, AP II Jadikan Bandara sebagai Airport Mall

Kendati demikian, bandara bertenaga surya tidaklah semuanya baru. Faktanya, banyak bandara mengandalkan tenaga surya untuk memfasilitasi setidaknya sebagian dari kebutuhan energi mereka.

Misalnya, Bandara Bristol di Inggris memiliki sistem photovoltaic (PV) surya 36 kWp yang dipasang di Rumah Lulsgate di atap datar yang dioptimalkan secara khusus. Susunan PV ini mampu menghasilkan energi bersih sebesar 36.889 kWh per tahun.

Pada tahun 2015, Bandara Internasional Cochin di India mengumumkan bahwa mereka adalah bandara pertama yang sepenuhnya ditenagai oleh energi matahari.

Hal ini dicapai dengan memasang 46.000 panel surya di bandara yang menghasilkan daya 12 MW untuk menjalankan operasional bandara.

Tapi Cochin bukan satu-satunya bandara yang ingin mencapai ini. Bandara Internasional Gautam Buddha di Nepal mulai beroperasi pada April 2022 dan bertujuan untuk melakukan instalasi tenaga surya lebih lanjut di lokasi untuk sepenuhnya ditenagai oleh tenaga surya.

Baca juga: Jet Pribadi Bakal Dilarang Mendarat di Schiphol Tahun 2026

Setelah selesai, panel surya di Bandara Internasional Gautam Buddha akan menelan biaya hampir 10 juta dollar AS dan menghasilkan tenaga surya 10 MW.

Sementara di AS, Bandara Metropolitan Chattanooga telah melakukan instalasi tenaga surya tiga tahap yang kini menyumbang 100 persen dari kebutuhan listrik bandara.

Manfaat dan tantangan bandara bertenaga surya

Meskipun banyak bandara telah berinvestasi dalam instalasi tenaga surya, hal ini belum diterima sebagai norma di seluruh industri. Hal ini mungkin, sebagian, disebabkan oleh beberapa tantangan seputar penerapannya.

Salah satu tantangan terbesar adalah biaya panel surya di muka. Meskipun harga panel telah turun drastis dalam beberapa tahun terakhir, dengan kebutuhan energi yang besar, sebagian besar bandara harus melakukan investasi yang signifikan pada panel surya agar 100 persen bertenaga surya.

Baca juga: Menyusul Belanda, Perancis Bakal Larang Penerbangan Jet Pribadi

Pasokan energi yang terputus-putus, karena tidak ada matahari pada malam hari, juga merupakan tantangan besar. Hal ini dapat diatasi dengan pemasangan baterai Li-ion. Namun dalam skala besar ini cenderung besar dan sangat mahal.

Ruang untuk panel surya menjadi perhatian lain. Meskipun lebih banyak bandara terpencil dapat memperoleh manfaat dari lahan sekitarnya yang sesuai, bandara di area terbangun (seperti bandara kota) akan kesulitan menemukan ruang yang cocok untuk pemasangan panel.

"Namun, karena kami terus melihat harga panel turun, efisiensi panel meningkat, dan biaya bahan bakar fosil naik, potensi ekonomi untuk instalasi panel surya di bandara menjadi positif," tulis Robert.

Selain itu, ketika Anda mempertimbangkan target ambisius untuk pengurangan karbon di ruang penerbangan, keuntungan jangka panjang tenaga surya lebih besar daripada tantangannya.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau