KOMPAS.com - Pelarangan terhadap pernikahan anak dapat membantu mencegah terjadinya kasus stunting pada anak di masa depan.
Hal tersebut disampaikan Penyuluh Keluarga Berencana Ahli Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dwi Listyawardhani, saat rapat koordinasi stunting di Bandarlampung, Senin (10/7/2023).
"Stunting ini tidak bisa hanya dilakukan satu sisi saja melainkan harus dilakukan secara menyeluruh dari hulu sampai hilir," ujar Dwi, sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: Stunting Tuntas, Indonesia Jadi Negara Kuat
Dwi mengatakan, salah satu cara untuk mencegah stunting sejak dini yaitu dengan mencegah terjadinya pernikahan anak.
"Perkawinan anak ini jadi prioritas kita semua dan ini harus dihentikan. Sebab dengan pelarangan pernikahan dini tersebut dapat mencegah lahirnya generasi yang berpotensi mengalami stunting," katanya.
Dia menjelaskan, pernikahan dini atau pernikahan anak dinilai akan berpotensi menyebabkan anak yang lahir menjadi sunting karena beberapa faktor.
Contohnya adalah tidak tercukupinya kebutuhan gizi anak akibat finansial pasangan muda yang belum stabil dan belum ada kesiapan dari ibu muda dalam memenuhi kebutuhan gizi anak.
Baca juga: Atasi Stunting, Danone Rilis Isi Piringku di Kabupaten Magelang
Pasalnya, ibu yang menikah di usia anak masih dalam masa pertumbuhan serta secara psikologis belum siap.
"Agar strategi pencegahan stunting bisa lebih cepat serta terukur, akan lebih baik melakukan upaya preventif dengan mencegah perkawinan dini agar tidak terus lahir anak dengan kondisi stunting dari ibu yang usianya terlalu muda," ucap Dwi.
Menurut dia, hampir separuh kasus perkawinan anak menyebabkan anak yang lahir menjadi sunting.
Oleh karena itu, sosialisasi untuk mencegah perkawinan dini akan terus dilakukan hingga desa.
Baca juga: Waspada, Perempuan Anemia Berisiko Tinggi Lahirkan Bayi Stunting
"Prevalensi stunting sudah menurun di bawah 20 persen, namun harus terus waspada juga agar tetap terjaga," ucap Dwi.
"Banyak sekali yang harus diperhatikan dalam rangka mencegah adanya sunting pada anak dan ini harus diidentifikasi secara detail serta menyeluruh," tambahnya.
Dwi menjelaskan, ibu harus terus memperhatikan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang sesuai usia.
Tak hanya itu, kondisi lingkungan rumah, sanitasi, hingga kondisi air bersih pun menjadi faktor penentu stunting pada anak.
"Harapannya ini bisa dilakukan intervensi yang lebih rinci, cepat dan terukur. Semua pihak harus ikut serta, perusahaan pun bisa ikut serta melalui kegiatan yang berasal dari tanggung jawab sosial perusahaan," papar Dwi.
Baca juga: Upaya Pencegahan Cara Paling Efektif Turunkan Stunting di Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya