KOMPAS.com – Perkembangan industri penerbangan merevolusi cara manusia melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan cepat.
Adanya pesawat dan perkembangannya yang pesat membuat manusia bisa berpindah lintas pulau bahkan lintas benua dengan waktu yang relatif cepat, bahkan dalam hitungan jam.
Akan tetapi, cepatnya industri penerbangan ini juga menimbulkan konsekuensi yang serius terhadap lingkungan.
Baca juga: Tak Kalah dengan Asing, Pesawat N219 Uji Coba di Landasan Tak Beraspal
International Energy Agency (IEA) melaporkan bahwa semua aktivitas manusia dari industri, pembukaan lahan, energi, hingga transportasi, melepaskan emisi sebanyak 32,6 gigaton karbon dioksida ke atmosfer pada 2017.
Dari jumlah tersebut, industri penerbangan berkontribusi sekitar 1 gigaton karbon dioksida setiap tahunnya. Itu berarti, sektor penerbangan hanya bertanggung jawab sekitar 3 persen dari jumlah itu.
Akan tetapi, bila dilihat lebih dalam, hanya ada sekitar 20 persen dari total populasi dunia yang menggunakan industri penerbangan.
Dari data tersebut, artinya terjadi ketimpangan yang besar. Ada relatif lebih sedikit orang yang “menghasilkan” emisi lebih banyak daripada 80 persen dari total populasi dunia.
Di sisi lain, jumlah orang yang yang terbang dengan pesawat juga terus bertumbuh setiap tahunnya.
Dilansir dari Conserve Energy Future, berikut lima alasan industri penerbangan berdampak terhadap lingkungan.
Baca juga: Lemak Babi Bisa Diolah Jadi Bahan Bakar Pesawat dan Solar, Begini Caranya
Pesawat yang terbang membakar dan mengonsumsi bahan bakar dalam jumlah yang sangat banyak.
Smithsonian Magazine melaporkan, Boeing 747 memiliki kapasitas tangki bahan bakar sebesar 63.500 galon atau sekitar 240.373 liter. Setiap mil penerbangan, pesawat tersebut mengonsumsi sekitar lima galon atau sekitar 18 liter.
Jika pesawat mengangkut lebih banyak barang dan beratnya semakin meningkat, konsumsi bahan bakar juga semakin meningkat.
Industri penerbangan menghasilkan sekitar 2 hingga 3 persen emisi karbon dioksida.
Selain karbon dioksida, emisi yang dihasilkan adalah nitrogen oksida, oksida sulfir, uap air, jejak kondensasi, dan partikulat.
Semua emisi yang dihasilkan tersebut memiliki efek pemanasan global tambahan.
Misalnya, penerbangan kembali dari London ke San Francisco mengeluarkan sekitar 5 ton karbon dioksida per orang, jumlah ini dua kali lipat emisi dari mobil keluarga dalam setahun.
Baca juga: Permintaan Bahan Bakar Pesawat dari Lemak Babi Melesat 3 Kali Lipat
Pesawat yang terbang juga menghasilkan uap air dari jejak kondensasinya. Uap air bersama gas berbahaya lainnya akan menghasilkan awan yang memerangkap panas di atmosfer.
Sejauh ini, ada puluhan pesawat yang jatuh ke lautan karena kecelakaan.
Semua puing-puing dan kontaminasi bahan kimia di dalam pesawat berdampak pada flora dan fauna di lautan, termasuk penurunan keanekaragaman hayati.
Mesin pesawat sangat bising, terutama saat lepas landas. Saat mengudara, pesawat juga menghasilkan banyak kebisingan.
Kebisingan tersebut menimbulkan polusi suara mengganggu, terutama bagi orang yang tinggal di dekat bandara.
Baca juga: Cara Coldplay Wujudkan Konser Ramah Lingkungan: Pasang Panel Surya hingga Pakai Pesawat Carter
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya