Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 4 Juni 2023, 17:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Alarm krisis iklim yang kian nyata, memaksa seluruh komponen dunia untuk lebih perduli terhadap keberlanjutan.

Kelompok-kelompok pecinta lingkungan makin galak menyuarakan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

Alhasil, pelaku bisnis komersial di berbagai sektor pun terus mencari formulasi ideal EBT guna mendukung industri dan bisnisnya. 

Terutama di sektor penerbangan, yang akhir-akhir ini disorot tajam karena merupakan salah satu industri yang paling boros bahan bakar berbasis fosil dan tidak ramah lingkungan.

Baca juga: Berapa Konsumsi Bahan Bakar Burung Besi Raksasa Airbus A380?

Sejumlah maskapai penerbangan menghadapi tekanan untuk mengurangi emisi karbon, yang mendorong mereka mencari sumber bahan bakar alternatif.

Salah satu yang tengah dirintis adalah pemanfaatan lemak dari babi, ayam, dan sapi untuk dibuat sebagai bahan baku bahan bakar pesawat jet yang lebih ramah lingkungan.

Lemak hewan dipandang sebagai limbah produk sampingan dari produksi industri daging. Bahan bakar penerbangan yang dibuat dari industri daging ini dianggap memiliki jejak karbon yang lebih rendah.

Namun demikian, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berbasis di Brussels, Belgia, Transportation & Environment, membunyikan lonceng peringatan bahwa pendekatan ini dapat menjadi bumerang dan berakhir menjadi lebih buruk bagi Planet ini.

 

Betapa tidak, untuk mendukung perjalanan udara dari Paris ke New York saja, dibutuhkan setidaknya hampir 9.000 ekor babi.

Angka ini akan semakin melambung, ketika permintaan bahan bakar dari sumber lemak hewani ini meroket tajam tiga kali lipat pada tahun 2030.

Masalahnya, lemak hewani ini digunakan di banyak industri lain, seperti makanan hewan, sabun, dan kosmetik.

Baca juga: Menyusul Belanda, Perancis Bakal Larang Penerbangan Jet Pribadi

Namun, seperti yang ditulis oleh Transport & Environment dalam laporan mereka, bahwa ketersediaan lemak hewani terbatas. Membunuh lebih banyak hewan bukanlah suatu pilihan.

Kelompok ini juga menyatakan sudah ada tekanan yang signifikan pada pasokan lemak hewani karena penggunaannya dalam bahan bakar telah meningkat empat puluh kali lipat sejak tahun 2006.

Pakar biofuel Transport & Environment Barbara Smailagic menuturkan, setelah selama bertahun-tahun masyarakat membakar lemak hewani untuk menggerakkan mobil secara diam-diam tanpa sepengetahuan sopir, kini "babi akan terbang" untuk mengisi bahan bakar penerbangan mereka.

“Tapi itu tidak dapat dipertahankan tanpa merampas sektor lain, yang pada gilirannya kemungkinan besar akan beralih ke alternatif yang merusak seperti minyak kelapa sawit," ujar Smailagic.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau