KOMPAS.com - Jika kelak rampung, kereta berkecepatan tinggi yang tengah dibangun California High Speed Rail Authority ini bakal jadi kereta cepat bertenaga surya pertama di dunia.
Namun, sebelum itu terjadi, proyek jumbo yang disebut Elon Musk sebagai kereta peluru ini harus mengalami jalan terjal berliku.
Betapa tidak? Sama seperti halnya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Indonesia, kereta cepat California ini juga mengalami pembengkakan investasi, setelah 15 skema pendanaan disetujui.
Awalnya, skema ini didukung oleh pasangan Obama-Biden, dengan persetujuan harga proyek senilai 33 miliar dollar AS atau ekuivalen Rp 494 triliun dengan target pembangunan tuntas pada 2020.
Baca juga: Akankah Bandara Bertenaga Surya Lepas Landas?
Namun, target itu meleset jauh. Dan kini, biaya pembangunan membengkak menjadi 128 miliar dollar AS atau setara Rp 1.913 triliun!
Mengenai ganjalan pendanaan ini, CEO California High-Speed Rail Authority Brian Kelly mengakui, ada kesenjangan pendanaan sejak proyek dimulai.
"Yang saya tahu adalah ini; semakin awal kami membangunnya, semakin murah harganya," cetus Brian.
Penundaan dan melonjaknya biaya proyek tersebut, sebagian disebabkan oleh izin lingkungan untuk membangun rel yang melintasi bermil-mil tanah pribadi.
Negosiasi pembayaran dengan pemilik lahan dan otoritas lokal berlangsung alot. Meski demikian, otoritas ingin memastikan bahwa proyek memenuhi standar lingkungan. Dari penanganan masalah perizinan dan standar lingkungan ini saja, biaya yang dibutuhkan sebesar 1,3 miliar dolar AS.
Baca juga: Pasang Panel Surya di Rumah, Kenali Kelebihan dan Kekurangannya
Alhasil, kereta berkecepatan tinggi yang menghubungkan 1.287,5 kilometer negara bagian ini menjadi olok-olok Elon Musk, dengan menyebutnya sebagai kereta peluru yang merupakan salah satu yang termahal per mil dan salah satu yang paling lambat di dunia.
Lepas dari itu, kereta cepat California akan menjadi awal dari sistem transportasi baru revolusioner AS. Dan menariknya, kisah kereta cepat California ini tak melulu tentang pembengkakan biaya, namun juga inovasi yang menyertainya, yakni sepenuhnya ditenagai energi terbarukan matahari.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, berapa banyak daya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kereta cepat ini?
Untuk menyalakan kereta raksasa ini, diperlukan energi 44 megawatt, yang secara teoritis dihasilkan oleh 552 hektar panel surya. Sementara baterai on board bertujuan untuk menyimpan daya 62 megawatt.
Sebagian besar energi ini akan digunakan hanya untuk menggerakkan kereta, yang diperkirakan mencapai kecepatan tertinggi sekitar 354 kilometer per jam.
Baca juga: Potensi Energi Surya Jateng Melimpah Ruah, Pertumbuhan Investasi Perlu Digenjot
Sedangkan sebagian lainnya diperlukan untuk membantu kereta dalam mengatasi iklim California yang intens dan terus bergerak jika utilitas lokal gagal.
Menurut Direktur Perencanaan dan Keberlanjutan California High Speed Rail Authorithy Margaret Cederoth, pihaknya saat ini sedang dalam pembicaraan dengan berbagai pemasok energi guna mendapatkan sistem skala utilitas senilai 200 juta dollar AS.
Margareth mengungkapkan, pengerjaan sumber energi terbarukan baru dapat dimulai pada tahun 2026 untuk memastikannya siap menggerakkan kereta api pada 2030, sebagai tahun pembukaan kereta cepat fase perdana.
Layanan kereta cepat ini akan menghubungkan bagian-bagian penting negara, melalui 10 fase pengembangan mulai dari San Diego hingga Sacramento.
Kereta ini akan melakukan perjalanan melalui Los Angeles, Central Valley, Fresno dan San Jose. Saat ini jalur sepanjang 191,5 kilometer sedang dibangun.
Baca juga: Wujudkan Pilar ke-7 SDGs, LSPR dan Panasonic Pasang Panel Surya
Fase satu berfokus pada 836,8 kilometer antara Merced di San Francisco dan Anaheim di Los Angeles. Tahap kedua tengah direncanakan melintasi area-area tertentu dengan bangkitan kendaraan pribadi terbanyak.
Namun kemudian, masalah terkait pendanaan yang signifikan muncul sehingga mengundang kritikan. Banyak kritikus mempertanyakan rencana rute, khususnya yang melewati Central Valley California.
Akan tetapi menurut Brian, menghubungkan area ini adalah komponen kunci persetujuan proyek. Central Valley secara historis memang kekurangan dana, meskipun menampung sekitar 4 juta penduduk.
Selain menghubungkan enam dari sepuluh kota terbesar di negara bagian tersebut, pertumbuhan ekonomi yang berkembang di wilayah ini merupakan tujuan utama dari kehadiran kereta cepat ini.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya