JAKARTA, KOMPAS.com - Bandar udara atau bandara memiliki kebutuhan energi yang relatif tinggi. Betapa tidak, mulai dari menggerakkan operasi kontrol lalu lintas udara hingga papan pembaruan penerbangan dalam dan luar negeri, penerangan interior dan eksterior, semuanya membutuhkan energi.
Tentu saja, untuk memenuhi seluruh kebutuhan ini tak sedikit biaya yang ditimbulkan dan terus membengkak seiring dengan meningkatnya harga energi.
Hal ini ditambah dengan permintaan pelanggan akan transportasi yang lebih murah, tetapi lebih berkelanjutan, memberikan tekanan nyata pada operator bandara.
Beberapa bandara telah beralih ke tenaga surya untuk membantu mengatasi tantangan ini. Tenaga surya adalah energi yang ditangkap dari matahari dan diubah menjadi sesuatu yang dapat kita gunakan.
Baca juga: Kurangi Dampak Krisis Iklim, Bandara Wajib Terapkan Konsep Eco Airport
Paling umum ini adalah listrik, yang ditangkap menggunakan monocrystalline, polycrystalline, atau panel surya film tipis. Namun, panel surya juga bisa digunakan untuk memanaskan air secara langsung.
Tenaga surya menawarkan metode produksi energi alternatif untuk bahan bakar fosil tradisional yang juga dianggap lebih ramah lingkungan karena tidak ada emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan selama proses produksi listrik.
Ada beberapa kemajuan menarik dalam panel surya dalam beberapa tahun terakhir seperti produksi sel surya tandem baru, yang menjanjikan peningkatan efisiensi panel sebesar 50 persen.
Perkembangan lain telah melihat panel surya film tipis menjadi lebih mapan sebagai alternatif yang fleksibel dan terjangkau untuk panel kristal.
Perkembangan ini telah membuat tenaga surya menjadi pilihan yang lebih terjangkau dan layak untuk produksi energi di bandara.
Kebutuhan akan bandara yang berkelanjutan
Periset energi baru terbarukan Robert Cathcart menulis, perjalanan udara sering mendapat sorotan karena dampak lingkungannya.
Baca juga: Ini Kriteria Bandara Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Ini termasuk gas rumah kaca (GRK) yang dipancarkan oleh pesawat terbang serta polusi udara dan kebisingan lokal di sekitar bandara.
Karena pemerintah global terus menyadari pentingnya menurunkan emisi karbon dalam konteks mencapai tujuan Perjanjian Paris tentang perubahan iklim dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 13 (aksi iklim), kita cenderung melihat target yang lebih ambisius seputar pengurangannya.
Dia mencontohkan Pemerintah Inggris yang telah menggariskan rencana industri penerbangan untuk mencapai nol bersih pada tahun 2050.
Bandara memainkan peran penting dalam perekonomian, tidak hanya dengan memungkinkan perjalanan bisnis internasional, tetapi juga dengan membawa pekerjaan ke daerah mereka, berkontribusi pada SDGs Nomor 8 (pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi).
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya