KOMPAS.com - Proyek pembangkit tenaga angin dan matahari tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan, dan berada di jalur yang tepat untuk menyumbang lebih dari sepertiga listrik dunia pada tahun 2030.
Laporan Rocky Mountain Institute (RMI) yang bermitra dengan Bezos Earth Fund menyebutkan, sektor energi dapat mencapai perubahan yang diperlukan untuk memenuhi tujuan iklim global.
Pertumbuhan eksponensial dalam listrik terbarukan ini membuka manfaat luas, termasuk keamanan pasokan dan pertumbuhan lapangan kerja, serta melawan inflasi harga energi.
Riset pelengkap dari Systems Change Lab, yang juga diterbitkan hari ini, menunjukkan delapan negara telah mengembangkan pembangkit tenaga surya dan angin lebih cepat dari yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius.
Hal ini membuktikan bahwa transisi cepat ke energi terbarukan adalah hal yang mungkin.
Baca juga: Optimalisasi EBT Dukung Ketahanan Energi Nasional
RMI memperkirakan, pada tahun 2030, tenaga surya dan angin akan memasok lebih dari sepertiga dari seluruh listrik global, naik dari sekitar 12 persen saat ini.
Berdasarkan prakiraan, matahari dan angin akan menghasilkan 12.000-14.000 TWh pada tahun 2030, 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan level tahun 2022.
Angka ini juga akan melampaui seruan hingga COP28 untuk tiga kali lipat dari total kapasitas energi terbarukan pada tahun 2030.
Sebaliknya, permintaan bahan bakar fosil untuk listrik akan mengalami penurunan tajam, sebanyak 30 persen dari puncak tahun 2022 pada tahun 2030, karena listrik terbarukan semakin bersaing dengan hidrokarbon dalam hal biaya alias lebih murah.
Biaya tenaga surya, yang sudah menjadi bentuk produksi listrik termurah, akan turun menjadi 20 dollar AS per megawatt hour (MWh) dari sekitar 40 dollar AS MWh saat ini, karena semakin banyak proyek yang dikerahkan dan penghematan biaya meningkatkan skala.
Baca juga: Percepat Transisi Energi Perlu Kerja Sama Semua Pihak
"Manfaat penerapan energi terbarukan yang cepat adalah keamanan energi yang lebih besar dan kemandirian yang sulit, ditambah deflasi harga energi jangka panjang karena ini adalah teknologi manufaktur, semakin banyak Anda memasang semakin murah harganya," kata Prinsipal Senior RMI Kingsmill Bond.
Beberapa negara dan wilayah utama tertentu termasuk China dan Eropa memimpin dalam penerapan teknologi energi bersih, dengan tingkat pertumbuhan eksponensial.
Namun, penerapan energi terbarukan juga menjadi semakin terdistribusi secara global, termasuk di seluruh Timur Tengah dan Afrika, yang dengan cepat mengejar dan memanfaatkan tren pertumbuhan global.
Uruguay, Denmark, Lituania, Namibia, Belanda, Palestina, Yordania, dan Chili semuanya telah mengembangkan pembangkit tenaga surya dan angin dengan kecepatan tinggi, menunjukkan bahwa transisi cepat dapat dicapai di berbagai konteks.
Baca juga: Panduan Bikin Rumah Hemat Energi dan Ramah Lingkungan
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya